Skip to main content

Peran Hipertensi dan Diabetes pada Stroke

PERAN HIPERTENSI, DIABETES SERTA OBESITAS PADA STROKE

HIPERTENSI
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk stroke iskemik dan stroke hemoragik, baik pada pria maupun wanita dalam segala umur.Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik.
Mekanisme yang mengaitkan hipertensi dengan stroke adalah
1.     Hipertensi mempercepat proses aterosklerosis, proses ini terutama menyebabkan obstruksi pembuluh darah besar atau embolisasi, dan secara lansung menyebabkan aterosklerosis abstruktif sehingga terjadi infark lakuner. Pada keadaan normal, endotel menunjukkna fungsi dualistik. Sifat ini secara simultanmengeskpresikan dan melepaskan zat-zat vasokonstriktor (Angiotensin II, Endotelin-1, Tromboxan A2 dan radikal superoksida) serta vasodilator (Prostaglandin dan Nitric Oxide). Faktor-faktor ini menyebabkan dan mencegah proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah secara seimbang. Keseimbangan antara sistem antagonis ini dapat mengontrol secara optimal fungsi dinding pembuluh darah. Akibat disfungsi endotel, terjadi vasokonstriksi, proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah, agregasi trombosit, adhesi lekosit, dan peningkatan permeabilitas untuk makromolekul, seperti lipoprotein, fibrinogen, dan imunoglobulin. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis memegang peranan yang penting untuk terjadinya stroke infark.
2.     Pada hipertensi kronis dapat terjadi nekrosis dapat terjadi nekrosis fibrinoid (lipohialinosis) sehingga dinding arteriole menjadi lemah, terjadi herniasi atau terjadi ruptur tunika intima dan terbentuk mikroaneurisme arteriole (Chargot-Bouchard), terutama pada cabang panjang arteri pertorans dengan ukuran 100-300 um, yang merupakan penyebab utama perdarahan intraserebral spontan sewaktu ada lonjakan tekanan darah sitemik, sewaktu orang marah atau mengejan.  Pada lipohialinosis, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak
3.     Hipertensi menyebabkan kelainan pada jantung, terutama atrial fibrilasi kronik idiopatik yang dapat menyebabkan terjadinya emboli kardiogenik.


DIABETES
Diabetes dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis dan berkaitan dengan penyakit arterial intrakranial dan ekstrakranial, sehingga berperan dalam meningkatnya risiko stroke. Komplikasi vaskuler terjadi baik pada pembuluh darah besar (makroangiopati) maupun pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati), serta paling sering mengenai pembuluh darah retinal dan renal.
Diabetes merupakan faktor risiko stroke terutama stroke iskemi, selain sebagai faktor risiko, peningkatan kadar gula juga memperburuk prognosis stroke. Hal ini disebabkan oleh gangguan atau berkurangnya fungsi vasodilatasi arterial pada pasien diabetes.
Pengendalian penurunan darah tidak menunjukkan penurunan risiko  terjadinya stroke, tapi ada penurunan bermakna pada komplikasi mikrovaskular, yaitu retinopati, nefropati dan neuropati. Diabetes memberi komplikasi pada mikrovaskuler yaitu meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi.
OBESITAS
Hubungan langsung antara obesitas dengan stroke belum diketahui dengan jelas. Obesitas dapat memicu terjadinya aterogenesis dan berkaitan dengan hipertensi, hiperlipidemia dan diabetes. Penelitian melaporkan bahwa laki-laki berusia 40-54 tahun yang mempunyai body mass index diatas normal mempunyai angka kematian akibat stroke 2 kali lebih tinggi dari laki-laki berat badan normal. Peran hipertensi dan diabetes sudah dibahas diatas, selanjutnya akan dibahas mengenai hiperlipidemia akibat obesitas yang berhubungan langsung dengan stroke.
Kelainan lipid darah terutama kadar kolesterol total yang tinggi, kadar LDL kolesterol yang tinggi, HDL kolesterol yang rendah, dan kadar trigliserida yang tinggi, menyebabkan aterosklerosis kranioservikal, dan merupakan faktor risiko stroke iskemi (lebih sering pada populasi di Barat daripada populasi di Asia). Juga terdapat bukti adanya hubungan negatif antara kadar kadar kolesterol serum dengan risiko intraserebral hemoragik. Kadar plasma lipid yang tinggi merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner terutama pada usia pertengahan dari pada usia lanjut, yang dapat dimodifikasi, tetapi belum terbukti sebagai faktor risiko stroke. Fakta patofisiologi dan hasil uji klinis menunjukkan bahwa lipid memegang peranan penting pada terjadinya stroke dimana didapatkan :
1.      Bercak aterosklerosis mengandung lemak yang kaya kolesterol, yang melalui penelitian terbukti berasal dari kolesterol darah.
2.      Diet yang berakibat peningkatan kadar kolesterol serum, merupakan cara klasik untuk menciptakan aterosklerosis pada sejumlah hewan.
3.      Kelainan membakat untuk menderita hiperkolesterolemia menjadikan penderita terkena aterosklerosis prematur dan penyakit jantung iskemik pada umur muda.
Koreksi terhadap kelainan lipid yang menyebabkan aterosklerosis diharapkan dapat mencegah stroke.

Comments

Popular posts from this blog

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid