Skip to main content

Mioma Uteri

BAB I

PENDAHULUAN



ioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus (miometrium) dan atau jaringan ikat, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah bentuk tumor ginekologi yang paling sering dijumpai. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur di atas 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.1)

Pada prinsipnya, mioma uteri dapat tumbuh di semua bagian uterus. Menurut tempatnya di uterus serta arah pertumbuhannya, maka mioma dibagi atas:

- Mioma submukosum (54%), dimana mioma berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.

- Mioma intramural (48,2%), yaitu mioma yang terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.

- Mioma subserosum (6,1%), yaitu mioma yang tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.­1)

- Mioma intraligamenter (4,4%), yaitu mioma yang tumbuh di antara dua lapisan ligamentum.

Tumor ini merupakan tumor yang bersifat estrogen dependent. Asumsi ini berdasarkan kenyataan mioma uteri jarang terjadi sebelum menarche dan mengecil pada saat menopause. Pada jaringan mioma, terdapat jumlah reseptor estrogen yang lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium sekitarnya. Adanya hubungan antara mioma dengan hormon estrogen berdasarkan : 2)

- mioma uteri membesar pada usia reproduksi dan regresi pada pascamenopause

- mioma uteri sangat responsif terhadap terapi obat GnRH analog ( GnRH agonis maupun GnRH antagonis ).

Perubahan Sekunder

1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

2. Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut dimana tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen..

3. Degenerasi kistik : sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas, dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma, yang membuatnya sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration) : adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.

5. Degenerasi merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Khas terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.

6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.



Komplikasi :

Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemerikasaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uterus cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause. 1)



Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya.



Gejala dan tanda

- Perdarahan abnormal

Yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.1)

- Rasa nyeri

Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis dan peradangan.

- Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri, misalnya penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, dan pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis.



Pengaruh Mioma Uteri Terhadap Kehamilan dan Persalinan

Ada beberapa pengaruh yang disebabkan oleh mioma terhadap kehamilan, antara lain: 1,3,4,5)
Abortus
Pertumbuhan janin terhambat

Pada persalinan dapat terjadi:
Deformasi tulang-tulang
Inersia dan atonia uteri
Perdarahan pasca persalinan
Plasenta sukar lepas
Mengganggu proses involusi dalam nifas

Pengaruh Kehamilan Terhadap Mioma Uteri

· Pembesaran ukuran dari mioma selama kehamilan

Pembesaran ukuran dari mioma selama kehamilan disebabkan meningkatnya kadar estrogen dalam kehamilan, terjadi proliferasi dari sel otot polos uterus (miometrium) sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dari miometrium.4)

· Degenerasi merah



Diagnosis

Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan setelah melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

· Anamnesis

Yang ditanyakan:

- nyeri perut di bagian bawah

- adanya benjolan

- adanya perdarahan

· Pemeriksaan Fisik:

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya dilakukan dengan pemeriksaan bimanual. Pemeriksaan bimanual dilakukan dengan cara memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina, sementara tangan yang lain diletakkan di dinding perut.



· Pemeriksaan Penunjang :

Dilakukan USG. Diagnosis mioma uteri ditegakkan bila hasil pemeriksaan USG ditemukan adanya massa mioma hipoekoik



Penanganan

Penanganan mioma uteri dapat secara konservatif ( dengan menggunakan obat-obatan ), maupun secara operatif.



Terapi Konservatif

Mioma uteri yang berukuran kecil dan tidak memberikan gangguan / keluhan apapun tidak memerlukan pengananan khusus. Pada dekade terakhir ini, ada usaha mengobati mioma uteri yang memberikan keluhan dengan pemberian GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran mioma uterus yang terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen.6) GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi mioma. Keuntungan-keuntungan penggunaan GnRHa sebagai terapi medikamentosa:

1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uterus, dimana pemberian GnRHa (bucseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan, mioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen dalam konsentrasi yang tinggi.7)

2. Merupakan pilihan utama bagi pasien mioma uteri yang sudah memasuki masa menopause, dengan alasan bahwa mioma akan mengecil sendiri setelah menopause, jadi tidak perlu dilakukan miomektomi ataupun histerektomi.8)

3. Mengurangi anemia akibat perdarahan

4. Mengurangi perdarahan pada saat operasi







Terapi Operatif



Untuk mioma uteri yang perlu tindakan pembedahan ada beberapa indikasi operasi, diantaranya:

1. Perdarahan uterus abnormal dengan anemia, dan tidak respon terhadap hormonal managemen,

2. Nyeri kronik dengan dismenore berat, dispareunia, tekanan pada perut bawah,

3. Nyeri akut, torsi pedunculatid mioma atau prolapsus submukosal fibroid,

4. Keluhan miksi atau tanda seperti hidroneprosis setelah di evaluasi,

5. Pembesaran uterus yang cepat pada masa premenopause atau postmenopause,

6. Infertilitas dengan leiomioma,

7. Pembesaran ukuran uterus > 12 minggu dengan gejala kompresi atau perasaan tidak enak pada bagian bawah perut.9)



Diagnosis Banding
Adenomiosis
Karsinoma korporis uteri
Kehamilan



BAB II

LAPORAN KASUS



IDENTITAS

Nama : Ny. Fatma Fuzanti Pade

Umur : 33 tahun

Pendidikan : SMEA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Samrat XV Lingk. III

Suku : Minahasa

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama suami : Tn. A. Samad Poli

Pekerjaan : Buruh bangunan

Umur suami : 35 tahun

MRS : 5 September 2006, Jam 09.00

Keluhan Utama:

Nyeri perut bagian bawah serta perdarahan pervaginam.

Anamnesis

Nyeri perut hilang timbul sehingga mengganggu aktifitas dirasakan sejak bulan Juli 2006 diikuti perdarahan pervaginam sedikit-sedikit sejak bulan Agustus 2006

Riwayat trauma (-)

Benjolan di perut dirasakan oleh pasien sejak + 1 tahun yang lalu

Riwayat terlambat haid (+)

HPHT: 21 Juni 2006

Haid pertama (menarche) dialami pada usia 12 tahun

Haid teratur tiap bulan, lamanya 7 hari

KB : Suntik ( terakhir tahun 2000 )

Penderita menikah 1 kali selama 8 tahun



Riwayat Kehamilan Dahulu:

· P1 tahun 1998, bayi laki-laki, cukup bulan, ekstraksi vacum indikasi hipertensi, di RS Pancaran Kasih, hidup, BBL ?, PBL?

· P2 tahun 2000, bayi perempuan, cukup bulan, ekstraksi forceps indikasi gawat janin, di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou, hidup, BBL?, PBL?

· P3 tahun 2003, gemelli, prematur, GI dan GII IUFD, di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou



PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesens

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu badan : 36,6 °C

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 151 cm

Mata : Conjungtiva anemis -/-, ikterik -/-

Status Localis : Inspeksi: Cembung

Palpasi : Teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari di atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri, permukaan licin, mobile

Perkusi : Pekak berpindah (-)

Auskultasi: Bising Usus (+) normal























PEMERIKSAAN GINEKOLOGIS

Inspeksi : Fluxus (-), fluor (-), vulva tidak ada kelainan

In speculo : Fluxus (+) sedikit, vagina tidak ada kelainan, portio licin,

livide (+), erosi (-), o.u.e tertutup

PD : Fluxus (+), vagina tidak ada kelainan, portio licin, lunak, o.u.e tertutup, nyeri goyang (-)

Corpus Uteri: sesuai usia kehamilan 26-28 minggu

A/P Bilateral: Lemas, Nyeri tekan (-), massa (-)

Cavum Douglasi: tidak menonjol

RT : sphincter cekat, mukosa licin, ampula kosong





PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium:

HCG : (+)

Hemoglobin : 12,4 g/dl

Leukosit : 11.000/uL

Eritrosit : 3.960.000/uL

Trombosit : 401.000/uL

Bleeding Time : 2 menit 30 detik

Clotting Time : 9 menit 30 detik

GDS : 122 mg/dl

Urea : 12 mg/dl

Creatinin : 0,79 mg/dl

GOT : 16 U/L

GPT : 11 U/L






RESUME MASUK

G4P3A0, 33 tahun, MRS tanggal 5 September 2006 jam 09.00 dengan keluhan utama nyeri di perut bagian bawah dirasakan sejak bulan Juli 2006, perdarahan sedikit-sedikit sejak bulan Agustus 2006. Benjolan di perut dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. BAB/BAK biasa. Riwayat terlambat haid (+). Hamil 10-11 minggu. Nyeri (-).



Status Praesens : Dalam batas normal

Status Localis : Teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari di atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri, permukaan licin, mobile.

Status Ginekologis : Inspeksi : Fluxus (-), fluor (-), vulva tidak ada kelainan.

In speculo: Fluxus (+) sedikit, vagina tidak ada kelainan

portio licin, livide (+), erosi (+), ostium uteri

externum tertutup.

PD : Fluxus (+), v/v tidak ada kelainan, portio licin,

lunak, o.u.e tertutup.

Corpus Uteri: sesuai 26-28 minggu, kenyal,

A/P Bilateral: Lemas, nyeri tekan(-).

massa (-), Cavum Douglasi tidak menonjol

RT : Sphincter cekat, mukosa licin, ampula kosong.

Diagnosa kerja:

G4P3A0, 33 tahun, hamil 10-11 minggu + abortus imminens + suspek mioma uteri.



Sikap:
MRS
Rencana USG
Bed rest
Preabor 3x1
Roboransia 1x1
Lapor konsulen → acc. MRS

FOLLOW UP



6 September 2006

USG : Janin (+) tunggal, FM (+), FHM (+)

Uterus membesar, mioma 12x8,4x8 cm

Kesan hamil + 10 minggu

Kesan hamil + 10 minggu + mioma intramural

Keluhan : Perdarahan sedikit-sedikit

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: I : Cembung, lemas

P : Teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri, permukaan licin, mobile

P : WD (-)

A : Bising usus (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 10-11 minggu + abortus

imminens + mioma uteri

Sikap : - Bedrest

- Preabor 3x1

- Roborantia SF 1x1



7 September 2006

Keluhan : Perdarahan sedikit-sedikit

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 10-11 minggu + abortus

imminens + mioma uteri

Sikap : - Bedrest

- Lapor di meeting → advis : terminasi kehamilan ( histerektomi in toto )



8 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 11-12 minggu + mioma uteri

Sikap : - Rencana histerektomi in toto

- Konseling keluarga

- Sedia donor, setuju operasi



9-10 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 11-12 minggu + mioma uteri

Sikap : Rencana histerektomi in toto



11 September – 12 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 11-12 minggu + mioma uteri

Sikap : - Rencana histerektomi in toto

- Pap Smear,

- EKG,

- Foto Thorax,

- BNO-IVP



13 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

EKG : HR: 100x/menit

Axis normal

P wave, QRS wave, T wave → dalam kisaran normal

Kesimpulan: Sinus Takikardia

Foto Thorax : Cor / Pulmo normal

Pap smear : Normal Smear (kelas I)

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 11-12 minggu + mioma uteri

Sikap : Rencana histerektomi in toto



14 September – 18 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 12-13 minggu + mioma uteri

Sikap : - Rencana histerektomi in toto

- Roborantia SF 1x1



19 September 2006

BNO-IVP : Kesan BNO-IVP Normal

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 12-13 minggu + mioma uteri

Sikap : - Rencana histerektomi in toto

- Roborantia SF 1x1



20 September – 23 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6 °C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 13-14 minggu + mioma uteri

Sikap : - Rencana histerektomi in toto

- Roborantia SF 1x1



24 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 13-14 minggu + mioma uteri

Sikap : Preoperasi



25 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Localis: Abdomen : Cembung, lemas, teraba massa padat kenyal setinggi 2 jari

atas pusat, 2 cm dari SIAS kanan dan 4 cm dari SIAS kiri,

permukaan licin, mobile. WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : G4P3A0, 33 tahun, hamil 13-14 minggu + mioma uteri

Sikap : Histerektomi hari ini



Laporan Operasi:

Penderita dibaringkan terlentang di meja operasi. Dalam GA, dilakukan tindakan antiseptik dengan povidone iodine pada abdomen dan sekitarnya, ditutup doek steril kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi pada linea mediana inferior, insisi diperdalam lapis demi lapis hingga mencapai peritoneum. Peritoneum dijepit kecil dengan 2 pinset, setelah yakin tidak ada usus yang terjepit di bawahnya, peritoneum digunting kecil dan diperlebar ke atas dan bawah. Tampak uterus gravidarum sebesar ukuran ± 20 cm x 15 cm x 12 cm, permukaan licin dan tidak ada perlekatan dengan jaringan sekitar. Insisi pada kulit dan dinding abdomen diperluas ke arah umbilikus. Eksplorasi, kedua tuba dan ovarium baik. Diputuskan dilakukan histerektomi totalis. Ligamentum rotundum kiri diklem, digunting dan dijahit double ligasi. Demikian juga dilakukan pada ligamen rotundum kanan, kemudian dibuat jendela pada ligamen latum kiri. Tuba, ligamen ovarioproprium dan mesosalping kiri diklem, digunting dan dijahit double ligasi. Demikian juga pada ligamen latum kanan. Identifikasi plika vesica uterina, plika digunting kecil, diperluas kiri dan kanan dan dibebaskan dari jaringan di bawahnya secara tumpul. Vesica urinaria disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan haak abdomen. Identifikasi arteri uterina kiri, diklem, digunting, dan dijahit double ligasi. Demikian juga kanan. Ligamen cardinale kiri dan ligamen sacrouterina diklem, digunting, dijahit ligasi. Identifikasi puncak vagina, diklem, dimasukkan gaas povidone pada vagina. Selanjutnya puncak vagina dijahit 2 lapis secara simpul angka 8 dan jelujur dengan chromic 2-0. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan retroperitonealisasi. Kontrol perdarahan (-). Cavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan darah. Kontrol perdarahan (-). Luka dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Peritoneum jelujur dengan cat gut, otot simpul dengan cat gut, fascia jelujur dengan Dexon, fat simpul dengan cat gut, kulit simpul dengan Zeide. Operasi selesai. Uterus dibelah :

- tampak mioma intramural, endoservik licin à jaringan diperiksa PA.

- tampak janin ♂ dalam cavum uteri, BBL 250 gr, PBL 10 cm, meninggal.



Keadaan Umum Post Operasi

- T: 130/70 mmHg, N: 104 x/m, R: 20 x/m

- Jumlah perdarahan : 2000 cc

- Diuresis: 600 cc



Instruksi Pasca Bedah:

1. Kontrol tensi/nadi/pernapasan/suhu/diuresis

2. Puasa sampai peristaltik usus (+)

3. Infus: IVFD Dekstrosa 5%: NaCl: RL = 1:1:1 → 30 gtt

4. Antibiotik : - Ciprofloxacin 2x200 gr (drip) à Skin test

- Metronidazol 2x0,5 gr (drip)

- Vitamin C 1x1

- Kaltrofen Supp. (k/p)

5. Cek Hb, tanggal 25-09-2006 : Hb : 9,3 g/dl.



26 September 2006

Keluhan : Nyeri luka operasi (+)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis:Abdomen : Datar, luka operasi tertutup gass steril, WD (-), BU (-)

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari I

Sikap : - IVFD (Transfusi darah sampai Hb ≥ 10 gr%)

- Inj. Ciprofloxacin 2x0,2 gr IV

- Inj. Metronidazol 2x0,5 gr IV

- Inj. Vitamin C 1x1 ampul IV



27 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 37,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi tertutup gass steril, WD (-), BU (+)

normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari II

Sikap : - Transfusi darah 2 bag

- Inj. Ciprofloxacin 2x0,2 gr IV

- Inj. Metronidazol 2x0,5 gr IV

- Inj. Vitamin C 1x1 ampul IV

- Diet bubur saring

- Cek Hb: 10,3 gr%



28 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 88 x/m, R: 24 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari III

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Antasida sirup 3x1 C

- Prenamia 1x1

- Aff. Infus + ganti gaas

29 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Hasil PA : - Jaringan cervix tanpa kelainan tertentu

- Jaringan endometrium dengan reaksi desidua luas, tidak

ditemukan villi chorealis

- Tumor terdiri dari proliferasi sel otot polos bentuk

spindle yang tersusun saling menyilang. Tidak tampak

tanda ganas.

Kesimpulan : endometrium reaksi desidua leiomioma

uteri.

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari IV

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Prenamia 1x1

- Diet biasa

- Aff kateter

30 September 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari V

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Prenamia 1x1

01 Oktober 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari VI

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Prenamia 1x1

02 Oktober 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari VII

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Prenamia 1x1



03 Oktober 2006

Keluhan : (-)

KU : Cukup Kesadaran : Compos mentis

St. Praesens : T : 120/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 20 x/m, T: 36,6°C

St. Lokalis: Abdomen : Datar, luka operasi kering, WD (-), BU (+) normal

Diagnosa : P3A1, 33 tahun, mioma uteri intramural hari VIII

Sikap : - Ciprofloxacin 3x500 mg

- Prenamia 1x1

- Pasien dipulangkan dari Rumah Sakit





BAB III

DISKUSI



Pada diskusi kasus ini, kelompok kami akan membahas mengenai

· diagnosis

· penanganan

· komplikasi.



Diagnosis

Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologik, dan pemeriksaan penunjang (USG). Pada anamnesis, pasien merasakan adanya nyeri perut yang disertai dengan perdarahan sedikit-sedikit dan pasien terlambat haid dengan HPHT 21 Juni 2006. Pasien mengetahui adanya benjolan di perut sejak satu tahun yang lalu. Dari pemeriksaan fisik disimpulkan ada massa padat kenyal berbatas jelas dengan batas atas 2 jari di atas umbilikus, 2 cm dari SIAS kanan, dan 4 cm dari SIAS kiri, mobile. Pemeriksaan ginekologi, didapatkan corpus uteri sebesar usia kehamilan 26-28 minggu, livide (+). Pemeriksaan laboratorium HCG (+). Hasil pemeriksaan USG, tampak janin (+) tunggal, FM (+), FHM (+) dan mioma berukuran 12 cm x 8,4 cm x 8 cm pada cavum uteri, kesan hamil + 10 minggu.



Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mioma uteri dengan kehamilan yang memberikan keluhan merupakan polemik. Pada dasarnya setelah diagnosa mioma uteri ditegakkan, direncanakan untuk dilakukan histerektomi in toto. Alasan diputuskan untuk dilakukannya histerektomi in toto :
Mengingat ukuran mioma yang besarnya sudah melebihi usia kehamilan 12 minggu, dan juga keadaan janin yang mungkin jika kehamilan ini tetap dipertahankan, tidak akan mendapat suplai darah yang cukup karena plasentanya berimplantasi di lokasi mioma.
Kehamilan pada kasus ini tidak bisa dilanjutkan karena ukuran mioma lebih dari ukuran uterus 12 minggu (26-28 minggu), berdasarkan hasil pemeriksaan USG sebesar 12 cm x 8,4 cm x 8 cm dengan ukuran uterus 26-28 minggu, hal ini berarti mioma sudah mencapai > ½ luas permukaan uterus.
Hasil USG ukuran mioma sebesar 12 cm x 8,4 cm x 8 cm yang berlokasi dalam otot uterus (intramural), sehingga tidak memungkinkan janin untuk tumbuh dengan sempurna di dalam cavum uteri.
Mioma selama kehamilan dapat menjadi lunak, berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga dapat menyebabkan rasa nyeri dan terjadi perdarahan dan nekrosis yang dapat membahayakan keselamatan penderita.
Berdasarkan hasil anamnesis pasien dan keluarganya didapatkan bahwa kehamilan ini tidak diketahui oleh pasien dan merupakan suatu kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga pasien berharap kehamilan tersebut dapat diakhiri (pasien tidak ikut KB). Pada pasien ini tidak dilakukan evakuasi kehamilan, dengan pertimbangan pasca evakuasi pasien dipulangkan, sedangkan untuk pertumbuhan tumornya (mioma uteri) diobservasi saja dan disarankan untuk terapi GnRHa, tetapi karena faktor biaya, pasien dan keluarga menolak. Dan jika pasien tidak ikut KB, kemungkinan dapat terjadi lagi kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan pertimbangan tersebut maka diputuskan untuk histerektomi in toto.



Sebenarnya ada cara penanganan lain untuk kasus ini, yaitu dengan cara dilakukan terminasi kehamilan terlebih dahulu (dilakukan evakuasi kehamilan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi perdarahan yang dapat terjadi selama operasi) baru dicoba pengobatan mioma secara konservatif untuk menyelamatkan uterus dari histerektomi (pemberian GnRHa).

Dalam kasus ini, pasien sudah MRS sejak tanggal 5 September 2006, sedangkan tindakan histerektomi in toto baru dilakukan tanggal 25 September 2006. Secara sepintas, terkesan bahwa tindakan yang dilakukan terhadap pasien tertunda, dan bisa menimbulkan kecurigaan bahwa pasien tidak ditangani dengan baik. Lamanya masa persiapan untuk operasi ini dikarenakan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan menjelang operasi harus ditunggu jawabannya untuk memastikan apakah pasien ini layak untuk dioperasi, dan yang terakhir memberikan jawaban adalah pemeriksaan radiologik dimana dilakukan pemeriksaan BNO IVP. Selain itu, terbatasnya sarana dan prasarana di Rumah Sakit, sehingga pasien harus menunggu jadwal kamar operasi.

Tindakan histerektomi yang disertai dengan terminasi kehamilan yang diputuskan untuk dilakukan terhadap pasien ini memang merupakan sebuah keputusan yang kontroversial jika dipandang dari segi manapun. Dari sisi agama, terminasi kehamilan tidak diperbolehkan untuk dilakukan atas alasan apapun. Namun jika ditinjau dari kode etik kedokteran, dalam hal ini Pedoman Etik Obstetri Ginekologi, bab X, pasal 33, tertulis bahwa aborsi atas indikasi medis dapat dilakukan oleh spesialis obstetri dan ginekologi setelah melalui proses informed consent dan diputuskan oleh dua orang yang kompeten dalam bidangnya.11)



Konseling

- Konseling pre-operasi

§ Kehamilan diterminasi bersama-sama dengan pengangkatan uterus, sehingga risiko perdarahan saat operasi besar. Untuk itu diperlukan persediaan darah yang cukup.

§ Pasien akan diangkat uterusnya sehingga pasien tidak akan mendapat haid maupun hamil lagi.

- Konseling selama operasi

§ Risiko perdarahan, sehingga perlu dipersiapkan darah yang cukup, karena dapat berakibat fatal bagi pasien (meninggal)

§ Risiko terpotong atau terikatnya ureter.

- Konseling sesudah Operasi

§ Risiko infeksi → luka dapat terbuka (burst abdomen), fistula vesiko vaginalis

Setelah diberikan konseling dan pasien mengerti, maka keputusan operasi (histerektomi in toto) sepenuhnya ditentukan oleh pasien sendiri, tanpa intervensi dari pihak manapun.



Komplikasi

Operasi histerektomi in toto dengan keadaan ibu hamil seperti kasus ini dapat menyebabkan komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya perdarahan saat operasi dan pasca operasi diajukan permintaan donor darah. Pada saat operasi terjadi komplikasi berupa perdarahan yang cukup banyak, yaitu + 2000 cc, karena kondisi pasien yang sedang hamil. Selama operasi, diberikan dua kantong darah ( 500cc ), dan pasca-operasi ditransfusi lagi dua kantong darah ( 500 cc ).



Prognosis

Pre-operasi:

Ibu maupun janin: dubia ad malam, karena ditakutkan adanya komplikasi perdarahan dalam persiapan menuju operasi dan kehamilan tidak bisa dipertahankan lagi

Durante operasi:

Ibu: dubia ad malam, karena terjadi komplikasi berupa perdarahan. Ibu mengeluarkan banyak darah +2000cc.

Janin: dubia ad malam, karena diputuskan untuk dilakukan abortus provokatus et causa medicinalis.

Post operasi:

Ibu: bonam, karena kondisi ibu yang stabil dan cepat membaik, serta hasil patologi anatomi tidak ada keganasan ( normal ).




BAB IV

PENUTUP­­





Kesimpulan

Pada kasus ini, penanganan yang dilakukan kontroversial. Penanganan yang diambil adalah dengan histerektomi in toto. Keputusan ini diambil setelah dilakukan konseling terlebih dahulu dengan pasien dan keluarganya, mengenai risiko yang akan dihadapi kalau tidak dilakukan operasi, selama operasi maupun sesudah operasi dan sudah disetujui oleh pasien maupun keluarganya.











Saran
Perlunya pemeriksaan rutin bagi organ reproduksi dan genitalia wanita agar jika terdapat kelainan dapat dideteksi sedini mungkin
Sebaiknya pasangan suami-istri mengikuti program KB untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan seperti pada kasus ini.





DAFTAR PUSTAKA



1. Wiknjosastro H. Tumor Jinak pada Alat Genitalia. Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 338 – 45.

2. Nurana L, Sjamsuddin S. Tumor Ginekologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001. Available at : http://www.geocities.com/abudims/cklgin6.html

3. Manuaba, Ida Bagus Gde. Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta:EGC, 2004: 219-29.

4. Dartmouth Hitchcock Medical Center. Fibroid Uterus During Pregnancy. Available from:http://www.dhmc.org/webpage.cfm?site_id=2&org_id=92&morg_id=0&sec_id=0&gsec_id=2016&item_id=2046

5. Wiknjosastro H. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002 : 421 – 24.

6. Bagazi FU. Gonadotropin Releasing Hormone Agonist (GnRH-a) sebagai Terapi Nonbedah pada Mioma Uteri. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2003. Available at : http://obs-gin/ugm/GnRHaSBGTRP.pdf

7. Putra SA. Pemberian GnRH Agonist Untuk Terapi Preoperatif Mioma Uteri. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2003. Available at : http://obs-gin/ugm/PEMGnRHAGONIST.pdf

8. Choosing The Best Treatments For Fibroids. 2006. Available from: ehealth MD at http://www.ehealthmd.com/library/fibroids/FBR_best.html

9. Cunningham, MacDonald, Gant. Distosia Akibat Abnormalitas Jaringan Lunak Pada Saluran Reproduksi. Obstetri Williams. Jakarta : EGC, 1995 : 447 – 452.

10. Rahmalina. Miomektomi Secara laparoskopi Sebagai Alternatif Penanganan Operatif Mioma Uteri. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. 2003. Available at : http://obs-gin/ugm/MIOMEKSCRLA.pdf

11. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Sikap Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi Terhadap Aborsi dalam Pedoman Etik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:PB POGI. 2003: 30-4.

Comments

Popular posts from this blog

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid