Skip to main content

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi
            Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus.

Teknik
  1. Dilatasi Serviks
Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis.
·         Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan.
·         Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.  
·         Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum.
·         Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina
·         Terdapat dua macam dilator yaitu hegar dan hank. Busi hegar berbentuk tumpul, berlekuk dan diberikan nomor sesuai dengan lebarnya (dalam mm). Dilator Hank cenderung lebih ”tajam” dan mempunyai bagian dalam yang kosong. Pemilihan didasarkan pada kemampuan operator.
·         Bila terdapat kecurigaan kekakuan serviks, dapat diberikan prostaglandin atau laminari sebelum dilakukan D&C.





Gambar 1. Pemasangan Spekulum dan Tenakulum


Gambar 2. Melakukan dilatasi serviks


  1. KURETASE ENDOSERVIKS
Kuretase bertingkat digunakan pada perdarahan uterus abnormal atau jika dicurigai terdapat neoplasia. Kanalis servikalis dikuret sebelum dilakukan dilatasi serviks dan kuretase endometrium.
Sendok kuret dimasukkan ke kanalis servikalis hingga mencapai level ostium interna. Keempat sisi endoserviks dikuret dan spesimen diletakkan pada kassa. Kemudian baru dilakukan dilatasi dan kuretase endometrium.
Perlu diperhatikan untuk memfiksasi spesimen endoserviks dan endometrium pada tempat yang berbeda.

  1. KURETASE ENDOMETRIUM
Kuretase endometrium diindikasikan pada pengobatan komplikasi kehamilan termasuk abortus inkomplit atau missed abortion, retensio atau sisa plasenta, polip plasenta. Prosedur ini juga digunakan pada myoma geburt, perdarahan uterus disfungsional yang tidak respon terhadap pengobatan. Tindakan D/C dapat bersifat diagnostik dan terapeutik.
Teknik kuretase endometrium tergantung pada masing- masing pasien. Dalam penentuan respon endometrium terhadap hormon maka sampel yang sedikit namun representatif dapat diambil dari dinding anterior dan posterior. Ketika kuretase dilakukan untuk terapi maka kuret dilakukan secara sistematis dan seluruh kavum. Jika kuretase dilakukan atas indikasi infeksi (misalnya endometritis tb) maka sebagian hasil kuret disimpan pada wadah steril tanpa fiksasi, untuk pemeriksaan kultur.

Gambar 3. Tindakan kuretase

Kuretase menyeluruh hanya akan mengeluarkan 50-60% endometrium. Penampakan makroskopik tidak akurat untuk memprediksi karsinoma. Potong beku menghasilkan angka positif palsu 25% pada pasien yang dicurigai kanker.

  1. PASCA TINDAKAN
  • Berikan parasetamol 500 mg per oral bila diperlukan
  • Anjurkan pasien untuk makan, minum dan mobilisasi bila sudah memungkinkan
  • Tawarkan pelayanan kesehatan lainnya, termasuk profilaksis tetanus, konseling mengenai kontrasepsi
  • Pada kasus tanpa komplikasi, pasien dapat dipulangkan setelah 1-2 jam
  • Beritahukan wanita mengenai gejala dan tanda yang memerlukan perhatian khusus :
-          Nyeri perut yang terus menerus
-          Perdarahan lebih dari dua minggu
-          Perdarahan yang melebihi darah menstruasi
-          Demam
-          Pingsan
-          Cairan berbau dari kemaluan


Daftar Pustaka
  1. Mainak LR. Therapeutic Gynecologic Procedures. In: Cherney AH, Pernoll ML ed. Current Obstetrics&Gynecologic Diagnosis and Tretment. 8th edition. Appleton & Lange, 1994: p 884-905.
  2. WHO. Dilatation and Curettage a guideline for midwives and doctors. Avaliable at www.who.int 







Comments

Popular posts from this blog

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid