Skip to main content

Ensefalitis Viral

ENSEFALITIS VIRAL

ICD G 05


DEFINISI / ETIOLOGI

Ø Suatu penyakit demam akut dengan kerusakan jaringan parenkim ststem saraf pusat yang menimbulkan kejang, kesadaran menurun, atau tanda-tanda neurologis fokal.

Ø Etiologi :

· Virus DNA

· Poxviridae : Poxvirus

· Herpetoviridae : Virus Herpes simpleks, Varicella Zoster, virus sitomegalik

· Virus RNA

· Paramiksoviridae : Virus Parotitts, Virus morbili (Rubeola)

· Picornaviridae : Enterovirus, Virus Poliomielitis,.Echovirus

· Rhabdoviridae : Virus Rabies

· Togaviridae : Virus ensefalitis alpha, Aavivirus ensefalitis jepang B, Virus

demam kuning, Virus Rubi

· Bunyaviridae : Virus ensefalitis California

· Arenaviridae : Khoriomeningitis Limfositaria

· Retroviridae : : Virus HIV



KRITERIA DIAGNOSIS

Ø Bentuk asimtomatik:

Gejala ringan, kadang ada nyeri kepala ringan atau demam tanpa diketahui penyebabnya. Diplopia, vertigo, parestesi berlangsung sepintas.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal.

Ø Bentuk abortif :

Nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, kaku kuduk ringan. Umumnya terdapat infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal.

Ø Bentuk fulminan :

Berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari yang berakhir dengan kematian. Pada stadium akut demam tinggi, nyeri kepala difus yang hebat, apatis, kaku kuduk, disorientasi, sangat gelisah dan dalam waktu singkat masuk ke dalam koma dalam. Kematian biasanya terjadi dalam 2-4 hari akibat kelainan bulbar atau jantung.

Ø Bentuk khas ensefalitis :

Gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran napas bagian atas atau gastrointestinal selama beberapa hari. Kaku kuduk, tanda Kernig positif, gelisah, lemah, dan sukar tidur. Defisit neurologis yang timbul tergantung tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran menurun sampai koma, kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara, dan gangguan mental.

Ø Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan laboratorium

· Pungsi lumbal (bila tak ada kontra indikasi)

o Cairan serebrospinal jernih dan tekanannya dapat normal atau meningkat

o Fase dini dapat dijumpai peningkatan set PMN diikuti pleositosis limfositik, umumnya kurang dari 1000/ul

o Glukosa dan Klorida normal

o Protein normal atau sedikit meninggi (80-200 mg/dl)
Pemeriksaan darah

o Lekosit : Normal atau lekopeni atau lekositosis ringan

o Amilase serum sering meningkat pada parotitis

o Fungsi hati abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mononukleosis infeksiosa

o Pemeriksaan antibodi-antigen spesifik untuk HSV, cytomegalovirus, dan HIV





Pemeriksaan Radiologik

Ø Foto Thoraks

Ø CT-scan

Ø MRI

Pemeriksaan penunjang lain .

Bila tersedia fasilitas virus dapat dibiakkan dari cairan serebrospinal, tinja, urin, apusan nasofaring, atau darah.



DIAGNOSIS BANDING

Ø Infeksi bakteri, mikobakteri, jamur, protozoa

Ø Meningitis tuberkulosa, meningitis karena jamur

Ø Abses otak

Ø Lues serebral

Ø Intoksikasi timah hitam

Ø Infiltrasi neoplasma (Lekemia, Limfoma, Karsinoma)



TERAPI

Ø Perawatan Umum

Ø Anti udema serebrti : Deksamethason dan Manitol 20%

Ø Atasi kejang : Diazepam 10-20 mg iv perlahan-lahan dapat diulang sampai 3 kali dengan interval 15- 30 menit. Bila masih kejang berikan fenitoin 100-200 mg/ 12 jam/hari dilarutkan dalam NaCl dengan kecepatan maksimal 50 mg/menit.

Ø Terapi kausal: Untuk HSV : Acyclovir

PENYULIT/KOMPLIKASI

Ø Deflsit neurologis sebagai gejala sisa .

Ø Hidrosefalus

Ø Gangguan mental

Ø Epilepsi

Ø SIADH


KONSULTASI ­

JENIS PELAYANAN

Rawat Inap, segera

TENAGA STANDAR

Perawat, dokter umum, dokter spesialis saraf



LAMA PERAWATAN

Satu bulan bila tidak ada sequale neurologis .

Minimal 1 (satu) Minggu


PROGNOSIS

Beratnya sequele tergantung pada virus penyebab

Comments

Popular posts from this blog

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid