Skip to main content

KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN HIPOTIROID

BAB  I
PENDAHULUAN

KEHAMILAN LEWAT WAKTU DENGAN HIPOTIROID
            Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari HPHT. Kehamilan yang lebih dari 294 hari atau 42 minggu disebut post term atau kehamilan lewat waktu. Dalam masa kehamilan, ibu menyediakan semua kebutuhan hormon tiroid janin. Kehamilan dengan hipotiroid merupakan suatu kehamilan dimana ibu memiliki hormon tiroid yang sedikit dan dapat berakibat abortus dan prematuritas pada ibu dan retardasi mental pada bayi.

ETIOLOGI
Menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin, serta peningkatan reseptor oksitosin, tapi yang paling menunjukkan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan HIS kuat. Adanya gangguan pada faktor-faktor tersebut bisa menyebabkan terjadinya kehamilan lewat waktu. Ada juga faktor lain yang bisa menyebabkan tidak timbulna HIS seperti kerentanan akan stres, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
Pada kehamilan dengan hipotiroid, kebutuhan hormon tiroksin akan meningkat sehingga dapat terjadi hipotiroid. Hal ini mengakibatkan timbulnya mekanisme umpan balik (feedback mechanism) yang meningkatkan produksi TSH untuk merangsang pelepasan tiroksin pada kelenjar tiroid. Rangsangan TSH terus-menerus pada kelenjar tiroid yang tidak mendapat cukup suplai untuk produksi hormon tiroksin berakibat pada hiperplasia kelenjar tiroid. Akibat berulangnya episode hiperplasia, involusi dapat terjadi berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis, nekrosis, kalsifikasi pembentukan kista yang menampakkan diri sebagai struma nodosa. Penyebab hipotroid primer umumnya meliputi tiroiditis autoimun seperti tiroiditis Hashimotho’s, penyebab iatrogenik seperti radiasi atau pembedahan, hipotiroid kongenital, obat - obatan seperti lithium atau amiodaron, defisiensi yodium, dan penyakit-penyakit infiltratif. Hipotiroidisme sekunder dapat disebabkan oleh penyakit hipotalamus atau hipofisa (Sheehan disease).

EPIDEMIOLOGI
            Menurut penelitian, diperkirakan hipotiroid terjadi pada 2,5% kehamilan. Frekuensi ini bervariasi pada populasi yang berbeda di berbagai negara.

MASALAH   
Hipotiroidisme pada kehamilan berkaitan erat dengan perkembangan otak janin. Hal ini karena sebelum dilahirkan bayi sangat bergantung pada hormon tiroid dari ibunya sebelum kelenjar tiroid bayi dapat berfungsi. Karenanya kehamilan dengan hipotiroid dapat berakibat terjadinya retardasi mental. Pada ibu sendiri, hipotiroid meningkatkan kerja kelenjar tiroid. Sementara suplai yodium tidak mencukupi, maka terjadi hiperplasia kelenjar berulang. Akibatnya dapat timbul goiter atau struma nodulus dengan manifestasi berupa benjolan pada daerah leher (gondok). Manifestasi klinis dari hipotiroidisme seperti metabolisme menurun, obstipasi, lesu, anoreksia, BB meningkat, dapat berisiko terjadinya abortus, peningkatan tekanan darah & prematuritas.
Kehamilan lewat waktu yaitu kehamilan yang lebih dari 42 minggu. Rendahnya fungsi plasenta meningkatkan risiko gawat janin. Juga penurunan pasokan makanan dan oksigen disamping adanya spasme arteri spiralis yang dapat menyebabkan komplikasi pada bayi.

DIAGNOSIS
            Diagnosis hipotiroid dibuat berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

GEJALA KLINIS
            Gejala hipotroidisme dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1.        Yang bersifat umum karena kekurangan hormon tiroid di jaringan
2.        Spesifik disebabkan karena penyakit dasarnya
Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai cepat lelah,suara serak, warna kulit menjadi kekuringan terutama daerah periorbital, rambut rontok, gangguan tidur, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi, diare, kulit rasa kering, muka seperti bengkak. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tak tahan dingin, berat badan meningkat, & anoreksia. Psikologis: depresi. Reproduksi: oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat.
Keadaan klinis yang dapat ditentukan adalah gerakan janin yang jarang yaitu secara subyektif kurang dari 7 x per 20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 x per 20 menit.


PEMERIKSAAN FISIK
            Pada umumnya pemeriksaan hipotiroid, umumnya didapatkan benjolan (goiter). Hal–hal  yang dinilai adalah:
  1. jumlah nodul                           : soliter atau multipel
  2. konsistensi                               : lunak, kistik, keras, sangat keras
  3. nyeri pada penekanan : ada/tidak
  4. pembesaran kelnjar getah bening di sekitar tiroid ada/tidak.
Diagnosa pasti didapatkan melalui pemeriksaan laboratorium TSHs & T4. Bila memungkinkan dapat pula dengan T3.
            Didapatkan refleks tendon yang menurun. Pada pemeriksaan fisik kulit terasa kasar, kering, dan dingin. Suara agak serak, lidah tebal, tekanan darah agak tinggi, kadang-kadang terdengar ronkhi. Refleks fisiologis, daya pikir dan bicara agak lambat. Sering dijumpai retensi cairan pada jaringan longgar. Pada kondisi yang berat dapat timbul hipotermi, hipoventilasi, bradikardi, amenorea dan depresi.

LABORATORIUM
            Karakteristik pemeriksaan laboratorium pada hipotiroid adalah :
  1. Hipotiroidisme klinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar T4 rendah.
  2. Hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH dan T4 bebas yang tinggi,T3 dalam batas normal.

 PENATALAKSANAAN
Ø  Kehamilan
Pada ibu dengan hipotiroid subklinis,  dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium darah ( skrining penyakit tiroid ). Apabila dari hasil laboratorium didapatkan hipotiroid segera diberikan pengobatan untuk menambah hormon tiroidnya. Dosis yang digunakan dalam menambah hormon tiroid ibu yang mengalami hipotiroid harus selalu dimonitor. Obat yang tersedia L-tiroksin (T4) & L-triiodotironin (T3). Obat oral yang terbaik adalah T4 dengan dosis rata-rata 100-200 µg.
Ø  Persalinan
Pada persalinan, dilakukan penatalaksanaan persalinan pervaginam dan seksio sesarea.
Ø  Nifas
Pada masa nifas diperhatikan keadaan ibu postpartum dan keadaan bayi pasca kelahiran.
PROGNOSIS
            Prognosis pada ibu tergantung dari bagaimana penanganannya. Apabila ibu mendapat terapi hipotiroid subklinis, maka prognosisnya bisa baik  Sedangkan apabila ibu tidak mendapat terapi sama sekali atas hipotiroid subklinisnya ini, maka prognosisnya dapat buruk. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yaitu abortus, peningkatan tekanan darah dan prematuritas, sedangkan pada bayi prognosisnya tidak terlalu baik dimana dapat menyebabkan retardasi mental.

Comments

Popular posts from this blog

KERJAKANLAH KESELAMATANMU (Filipi 2 : 12 – 18)

Mau diajak percaya kepada Tuhan Yesus pasti banyak yang mau. Karena dengan percaya Yesus kita bisa menerima anugerah hidup kekal. Tapi ketika kita sudah percaya sama Tuhan Yesus, apa yang harus kita lakukan? Dalam renungan kali ini Rasul Paulus mengajak kita semua untuk senantiasa taat. Percaya tanpa taat adalah suatu hal yang sia – sia . Dalam ketaatan itu kita bisa mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Itulah yang harus kita lakukan sebagai respon atas anugerah keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita semua. Mengerjakan karya keselamatan dari Allah dengan tidak bersungut – sungut agar bisa menjadi terang dalam dunia yang penuh dengan kegelapan adalah tugas kita sebagai orang percaya. Tidak gampang memang melakukan semua itu. Tapi ingat bahwa Tuhan yang bekerja dalam kita. Kita hanyalah alat Tuhan dalam melakukan pekerjaanNya . Minta kekuatan pada Tuhan agar kita mampu melakukannya sehingga kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tapi kekuatan Tuha

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid