Skip to main content

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, penyakit AIDS sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan tak sedikit dari masyarakat Indonesia yang terkena HIV/AIDS. Salah satu alasan mengapa banyak sekali masyarakat Indonesia terinfeksi virus HIV dan kemudian berkembang menjadi AIDS adalah karena kurangnya penyuluhan tentang bahaya penyakit ini.

Hubungan seksual yang dilakukan dengan pasangan yang tidak tetap adalah salah satu alasan mengapa banyak dari masyarakat Indonesia yang didiagnosis dengan HIV/AIDS.

Untuk itu diperlukan suatu bentuk penyuluhan kepada masyarakat agar mereka dapat mengetahui tentang bagaimana penyakit AIDS ini serta penularannya dan mereka bisa belajar bagaimana untuk mencegah agar mereka tidak terinfeksi virus ini ataupun menghindari tertularnya virus ini.


II. MASALAH

Menurut estimasi Departemen Kesehatan pada tahun 2002 terdapat sekitar 90.000 sampai 120.000 orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. Jumlah ini masih meningkat tajam terutama karena pertambahan kasus baru yang berasal dari kalangan pengguna narkotika suntikan. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2005, jumlah pengguna narkoba di Indonesia mencapai 3,2 juta orang dan yang menggunakan narkoba suntikan menunjukkan angka positif yang tinggi berkisar antara 50-90%. Dengan demikian dapat dibayangkan bahwa jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2005 sudah meningkat tajam melampaui angka 120.000 yang diperkirakan pada tahun 2002.

Penduduk yang ada di setiap kabupaten memiliki masalah dengan HIV/AIDS yang berbeda. Pada daerah – daerah yang kecil biasanya karena hubungan seksual yang bergonta-ganti pasangan, sedangkan pada perkotaan sudah ditambah dengan pemakaian jarum suntik yang tidak steril lagi.



III. TUJUAN PENULISAN

Salah satu tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberi penjelasan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit HIV/AIDS, cara penularan, dan cara penanggulangan virus HIV.


IV. MANFAAT PENULISAN

Hasil dari penulisan ini diharapkan agar :

1. Masyarakat dapat mengerti dan memahami bahaya penyakit HIV/AIDS serta hal – hal yang akan timbul selanjutnya.

2. Masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara penularan virus HIV tersebut.

3. Masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara penanggulangan virus HIV.



BAB II

PEMBAHASAN

I. DEFINISI

AIDS adalah sindrom atau kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari kerusakan spesifik system kekebalam tubuh karena infeksi virus HIV pada manusia, dan virus yang mirip pada spesies lain (SIV, FIV, dll). AIDS merupakan akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrom (sindrom defisiensi imun yang didapat). Nama virusnya sendiri yaitu HIV yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (virus defisiensi imun manusia atau virus penurun kekebalan manusia).


II. EPIDEMIOLOGI

Kebanyakan ilmuwan meyakini bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara selama abad ke-20. kini penyakit pandemic AIDS diperkirakan telah menginfeksi 38,6 juta orang diseluruh dunia. AIDS telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa, dan lebih dari 570.000 jiwa diantaranya adalah anak – anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia disana.


III. PATOGENESIS

AIDS merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+ padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar system kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter darah, kekebalan seluler hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasikan berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu.


IV. DIAGNOSIS

Di Negara berkembang digunakan system World Health Organization (WHO) untuk infeksi HIV menggunakan data klinis dan laboratorium. Sementara di Negara maju yang digunakan ialah system klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.

- Sistem tahapan WHO untuk infeksi dan penyakit HIV :

Stadium I : Infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

Stadium II : termasuk manifestasi membrane mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang.

Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah dan TBC

Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esophagus, trakea, bronkus atau paru – paru, dan sarcoma Kaposi.

Semua penyakit ini adalah indicator AIDS.

- Sistem Klasifikasi CDC

Yang dikatakan sebagai penderita HIV adalah semua orang yang positif HIV dengan sel T CD4+ berjumlah dibawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya. Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan baik definisi ini atau definisi CDC sebelum tahun 1993. Diagnosis AIDS tetap berlaku walaupun jika setelah perawatan, jumlah sel T CD4+ meningkat diatas 200 per µL darah atau penyakit tanda – tanda AIDS lainnya sembuh.



V. GEJALA DAN KOMPLIKASI

Gejala klinis HIV/AIDS pada umumnya disebabkan oleh gejala infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik yang sering dijumpai di Indonesi ialah infeksi jamur, TBC, toksoplasma dan sitomegalo. Sebagian infeksi ini menyerang susunan saraf pusat sehingga menimbulkan gangguan kesadaran. Selain itu penggunaan narkoba juga dapat berpengaruh pada susunan saraf pusat.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, keringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, kelemahan, dan penurunan berat badan. Setelah diagnosis AIDS dibuat, rata – rata lama waktu bertahan dengan terapi antiretroviral diperkirakan lebih dari 5 tahun, tetapi karena perawatan batu terus berkembang dan karena HIV terus berevolusi melawan perawatan, perkiraan waktu bertahan kemungkinan akan terus berubah. Tanpa terapi antiretroviral, kematian umumnya terjadi dalam waktu setahun. Kebanyakan pasien meninggal karena infeksi oportunistik atau kanker yang berhubungan dengan hancurnya system kekebalan tubuh.


VI. TRANSMISI

Penyebaran virus HIV / AIDS ini melalui beberapa jalur, yaitu :

- Hubungan seksual

- Penggunaan jarum suntik yang tidak steril terutama pada pemakai narkoba

- Jalur intrafetus dari ibu penderita terhadap anaknya.


VII. MASALAH PSIKOSOSIAL

Ketika seseorang diberitahu bahwa dia terinfeksi HIV maka responsnya beragam. Pada umumnya dia akan mengalami 5 tahap yang digambarkan oleh Kubler Ross, yaitu:

1. Masa penolakan

2. Marah

3. Tawar menawar

4. Depresi

5. Penerimaan.

Respons permulaan ini biasanya akan dlanjutkan dengan respons lain sampai pada akhirnya dapat menerima. Penerimaan seseorang tentang keadaan dirinya yang terinfeksi HIV belum tentu juga akan diterima dan didukung oleh lingkungannya. Berbagai bentuk beban yang dialami tersebut diantaranya adalah dikucilkan keluarga, diberhentikan dari pekerjaan, tidak mendapat layanan medis yang dibutuhkan, dll. Beban yang diderita pasien ini baik karena gejala penyakit yang bersifat organic maupun beban psikososial dapat menimbulkan rasa cemas, depresi berat bahkan sampai keinginan bunuh diri.


VIII. TERAPI

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV / AIDS. Metode satu – satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus. Atau jika gagal, perawatan antiretroviral secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan disebut post-exsposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.

Penanganan untuk infeksi HIV terdiri dari terapi antiretroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy – HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang- orang yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkan bagi orang – orang yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkan pada tahun 1996 setelah ditemukannya HAART yang menggunakan inhibitor protease. Pilihan terapi HAART saat ini mencakup kombinasi dari paling sedikit tiga obat yang berasal dari paling sedikit dua jenis atau kelas agen anti-retroviral. Kombinasi yang umum digunakan terdiri dari dua nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (NRTI) ditambah dengan protease inhibitor atau non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).

Tapi kita juga bisa memberikan terapi psikofarmaka untuk gangguan cemas, depresi serta insomnia dapat diberikan namun penggunaan obat ini perlu memperhatikan interaksi dengan obat – obat yang lain yang banyak digunakan pada pasien ini.


BAB III

PROGRAM PENANGGULANGAN MASALAH HIV / AIDS

I. VISI DAN MISI

Visi : Kabupaten sehat agar tercapai Indonesia yang sehat.

Misi :
1. Membangun masyarakat yang memiliki wawasan yang luas tentang kesehatan.

2. Membangun masyarakat yang memiliki kemandirian hidup yang sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, keterjangkuan pelayanan, dan kesehatan sesuai standar.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan.



II. UPAYA KESEHATAN WAJIB

1. Promosi Kesehatan Wajib

Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan – penyuluhan tetnang bagaimana cara meningkatkan kesehatan perorangan maupun keluarga, dan memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara tetap menjaga kesehatan.

2. Promosi Kesehatan Lingkungan.

Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menyelenggarakan pekan wajib kebersihan lingkungan serta diharapkan peran serta masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih, asri, hijau, dan sehat.

3. Konseling Rumah Tangga

Merupakan suatu program khusus untuk wanita dan pria yang akan dan sudah menikah, dimana dengan adanya program ini diharapkan agar peserta program dapat menghindari penyebaran penyakit – penyakit menular seksual (PMS) yang dapat menjadi pintu masuk bagi penyakit HIV/AIDS. Serta menjaga kesetiaan terhadap pasangan dan memperkenalkan penggunaan alat- alat kontrasepsi terutama kondom untuk mengendalikan angka kelahiran dan pencegahan PMS.



4. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak.

Dengan cara mendirikan saran – sarana kesehatan terutama Puskesmas, Posyandu, Polindes, dan Pelayanan Ibu – Anak terpadu dalam rangka promosi kesehatan ibu dan anak, perawatan kehamilan dan antenatal serta pelayanan kesehatan bagi bayi dan anak agar terhindar dari HIV/AIDS.

5. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.

Membina keluarga sadar gizi serta mendirikan panti pemulihan gizi. Karena gizi sangat berkaitan dengan status kesehatan serta pemberian nutrisi bagi para penderita HIV/AIDS agar dapat menghambat tingkat progresivitas penyakit.

6. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan.

Upaya pencegahan yang terbaik adalah dengan pola ABC :

A : Abstinance, yaitu tidak melakukan seks terutama sebelum menikah dan berganti – ganti pasangan.

B : Be Faithfull, yaitu bersikap setia kepada pasangan seksual.

C : Condom use, yaitu selalu menggunakan kondom terutama pada orang – orang dengan resiko tinggi seperti PSK, homoseksual, dan biseksual.

Sedangkan pemberantasan tidak terlalu berarti karena penyakit ini belum dapat diobati sampai sembuh total.

7. Upaya Pengobatan.

Penggunaan sampai sekarang dengan memakai obat anti-retroviral yang sangat aktif disertai dengan pemberian multivitamin harian serta suplemen untuk menghambat alur perjalanan penyakit HIV menjadi AIDS. Namun pengobatan manjur untuk mengobati AIDS tidak ada. Karena perjalanan penyakit yang pasti namun panjang sekitar 9 – 10 tahun.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
- AIDS adalah kumpulan gejala sistemik yang berhubungan dengan system kekebalan tubuh akibat virus HIV yang masa aktifnya berlangsung sekitar 9 – 10 tahun.

- AIDS juga merupakan model penyakit yang memerlukan dukungan untuk mengatasi masalah fisik, psikis, dan social.

- Penderita AIDS dapat mengalami komplikasi sistemik berupa Pneumoni Pneumocystis, TBC, Esofagitis ,Diare kronik tanpa sebab, Leukoensefalopati, Toksoplasmosis, Kanker, Sarkoma Kaposi, dll.

- Gangguan psikis yang berat dapat menimbulkan beban psikis dan social namun stigma masyarakat akan memperberat beban psikososial pasien.

- HIV/AIDS dapat dicegah dengan pencegahan berupa ABC (Abstinance, Be Faithfull, Condom use).

- Pengobatan untuk HIV/AIDS sampai sekarang belum ditemukan. Sekarang hanya tersedia obat anti-retroviral sangat aktif (HAART) yang dipakai untuk menghambat progresivitas penyakit.

- Perlunya tindakan sejak dini dengan cara mengurangi transmisi penyakit yang dapat dilakukan dengan banyak cara seperti penyuluhan, konseling rumah tangga serta pemakai narkoba, dll.

II. SARAN
Adanya kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat demi terwujudnya visi dan misi program Indonesia Sehat terutama penanggulan penyakit HIV/AIDS.




DAFTAR PUSTAKA

1. PAPDI. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta. Cetakan II.

2. PAPDI. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta. Cetakan III.

3. http//www.medicastore.com/AIDS. Last update 10:57.16, April 2008

Comments

Popular posts from this blog

KERJAKANLAH KESELAMATANMU (Filipi 2 : 12 – 18)

Mau diajak percaya kepada Tuhan Yesus pasti banyak yang mau. Karena dengan percaya Yesus kita bisa menerima anugerah hidup kekal. Tapi ketika kita sudah percaya sama Tuhan Yesus, apa yang harus kita lakukan? Dalam renungan kali ini Rasul Paulus mengajak kita semua untuk senantiasa taat. Percaya tanpa taat adalah suatu hal yang sia – sia . Dalam ketaatan itu kita bisa mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Itulah yang harus kita lakukan sebagai respon atas anugerah keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita semua. Mengerjakan karya keselamatan dari Allah dengan tidak bersungut – sungut agar bisa menjadi terang dalam dunia yang penuh dengan kegelapan adalah tugas kita sebagai orang percaya. Tidak gampang memang melakukan semua itu. Tapi ingat bahwa Tuhan yang bekerja dalam kita. Kita hanyalah alat Tuhan dalam melakukan pekerjaanNya . Minta kekuatan pada Tuhan agar kita mampu melakukannya sehingga kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tapi kekuatan Tuha

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid