Skip to main content

Infeksi Menular Seksual (IMS)



Pendahuluan
Infeksi menular seksual (IMS)
o  Permasalahan cukup besar, khususnya di negara berkembang (tu. krn promiskuitas & kultur)
o  Cara penularan à terutama hubungan seksual (heteroseksual/homoseksual)
o  Dpt menyebabkan komplikasi serius à infertilitas, kehamilan ektopik, kematian janin, infeksi neonatus, bayi berat badan lahir rendah, keganasan anogenital, dan kematian
o  Masalah HIV/AIDS <=> erat kaitannya dengan IMS (begitu pula dengan Hepatitis B & C)

Epidemiologi
o  Penularan IMS masih sangat tinggi
o  Data WHO 1999
n  Sifilis                   : 12 juta/thn
n  Gonore                 : 62 juta/thn
n  Klamidiasis          : 89 juta/thn
n  Trikomoniasis      : 170 juta/thn
o  Penularan tertinggi di Asia Tenggara, krn promiskuitas, prostitusi ↑↑, gender↓
o  Perilaku risiko tinggi à  perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang penyakit
o  Peningkatan insiden IMS berkaitan dgn perilaku seks risiko tinggi
o  Sukar memperoleh data akurat, tapi diperkirakan 1 jt/ hari penderita mengalami pengobatan
o  Sifilis semakin ↓↓ krn banyaknya pemakaian AB
o  Khusus untuk Sulut, Sifilis kurang/ kasus-kasus impor/ stadium II          

Kelompok perilaku risiko tinggi
1. Usia
      20-34 thn pd laki-laki
      16-24 thn pd wanita
      20-24 thn pd kedua jenis kelamin1. Usia
      20-34 thn pd laki-laki
      16-24 thn pd wanita
      20-24 thn pd kedua jenis kelamin
2.    Pelancong/ frequent traveller
3.    Pekerja seks komersial atau wanita penjaja seks
4.    Pecandu narkotik /NAPZA

Cara Penularan IMS
o  Hubungan seksual penetratif (genitogenital, orogenital, anogenital) yg tak terlindungi
o  Ibu hamil kpd bayi yg dikandungnya (selama kehamilan, saat   persalinan, sesudah persalinan)
o  Transfusi darah atau kontak langsung dgn darah/produk darah
o  Pada kondisi tertentu, alat-alat toilet (tu. anak-anak)

IMS sesuai penyebab
Bakteri :
1. Gonore
    Dx
n  Uretritis anterior akuta gonorrhoika
n  Uretritis gonorrhoika kronis
n  Orchoepididimitis
n  Funikulitis gonorrhoika (funikulus sebesar pensil)
n  Gonoblennorhea
n  Arthritis gonorrhoika

2. Infeksi genital nonspesifik
Dx Non-specific urethritis (Chlamydia trachomatis, E. Coli, Kandida)
3. Sifilis
o  3 stadium
n  Stadium I
n  Stadium II/ Kondilomata lata
n  Neurosifilis
o  Dx VDRL/ TPHA
4.    Ulkus Mole
5.    Limfogranuloma venereum
6.   Granuloma inguinale
      MAsih ditemukan di Papua
7.    Vaginosis bacterial

Virus :
1.    Kondiloma akuminata (HPV)
2.    Hepatitis B
3.    Hepatitis C
4.    Moluskum  kontagiosum
5.    HIV/AIDS
      Dx tidak mudah
      VCT, CST, PITC
      Penyakit Oportunistik
      Dx Western Blott, RPR HIV, ELISA spesifik envelope & core

Jamur :
Kandidiasis vaginalis

Protozoa :
      Trikomoniasis

Kutu :
o  Pedikulosis
o  Skabies

Prinsip umum pengendalian IMS
Tujuan utama :
o  Memutuskan rantai penularan IMS
o  Mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya
o  A (Abstinensia), B (Behavior), C (Condom)

Tujuan tsb dpt dicapai melalui :
o  Mengurangi pajanan IMS dgn program penyuluhan utk menjauhkan masyarakat terhadap perilaku risiko tinggi
o  Mencegah infeksi dgn anjuran pemakaian kondom bagi yg berperilaku risiko tinggi
o  Meningkatkan kemampuan diagnosis dan pengobatan serta anjuran utk mencari pengobatan yg tepat
o  Membatasi komplikasi dgn melakukan pengobatan dini dan efektif utk yg simtomatik / asimtomatik, serta pasangan seksual

PEMERIKSAAN KLINIS PADA INFEKSI MENULAR SEKSUAL
l  Anamnesis
l  Pemeriksaan fisis
l  Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium

1. Anamnesis
Tujuan :
o  memperoleh gmbran ttg keluhan gejala penyakit yg muncul à membantu mempertajam upaya diagnosis
o  memperoleh informasi ttg perilaku seksual pasien masa kini dan masa lalu àdpt memperkirakan status risikonya terhdp inf. HIV
o  sedapat mgkn menemukan pasangan yg telah terinfeksi (Contact tracing)
o  Penting : KERAHASIAAN ! ! ! (Personal Confidentiality)
o  Bahasa mudah dimengerti, meliputi :
o  Keluhan dan riwayat penyakit saat ini
o  Keadaan umum yg dirasakan
o  Pengobatan yg telah diberikan (topikal/sistemik), tu. antibiotik
o  Riwayat seksual :
1.    Kontak seksual  di dlm / di luar pernikahan
2.    Kontak seksual dgn pasangannya stlh mengalami gejala penyakit
3.    Frekuensi dan jenis kontak seksual homo/heteroseksual)
4.    Cara hubungan seksual (genitogenital, orogenital, anogenital)
5.    Apakah pasangannya merasakan keluhan/gejala yg sama
6.    Riwayat penyakit dahulu yg berhubungan dgn IMS/penyakit di daerah genital lain
7.    Riwayat penyakit berat lainnya
8.    Riwayat keluarga  (pd dugaan IMS yg ditularkan lewat ibu kepada bayinya)
9.    Keluhan lain yg mungkin berkaitan dgn komplikasi IMS, mis. erupsi kulit, nyeri sendi, nyeri perut bwh, ggn haid, kehamilan  dan hasilnya
10.  Riwayat alergi obat

Gejala Klinik IMS
o  Laki-laki
n  Keluhan kencing
n  Duh tubuh uretra (Eucolment)
n  Ulkus
n  Tumor (adanya pertumbuhan yang tidak normal)
n  Perhatikan pada funikulus, epididimis, & skrotum
o  Perempuan
n  Duh tubuh vagina (Fluor albus/ Leukorrhea)
o  Warnanya
o  Baunya
n  Keluhan miksi & pruritus vulva diperiksa secara avue & bila tidak ada KI inspekulo
n  Ulkus
n  Tumor (antara lain: Kondiloma akuminata, Kondilomata lata, & Bartholinitis)

2. Pemeriksaan Fisis
o  Penting :
n  Kerahasiaan pribadi pasien
n  Sumber cahaya yg baik utk dokter pemeriksa
o  Gunakan sarung tangan setiap kali memeriksa pasien (General precaution)

A. Pasien pria
1.    Inspeksi dan palpasi
2.    Inguinal, raba à pembesaran kelenjar, konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, tanda2 radang pd kulit di atasnya;  pubis dan kulit sekitarnya à pedikulosis, folikulitis, lesi kulit lainnya
3.    Skrotum à asimetri, eritema, lesi superfisial;  palpasi isi skrotum (testis dan epididimis)
4.    Penis ( pangkal sampai ujung).
5.    Pasien yg tdk disirkumsisi , preputium ditarik, inspeksi daerah subpreputium,  sulkus koronarius, meatus uretra eksternus à kemerahan, bengkak, lecet, luka, tumbuhan,  lesi uretra /duh tubuh uretra, kelainan kongenital
6.    Kdg2 perlu periksa celana dalam à bercak duh tubuh
7.    Inspeksi anus dan perineum, posisi bertumpu pd lutut dan siku




B. Pasien wanita
1.    Perlu dijelaskan ttg apa yg akan dilakukan
2.    Sebaiknya dokter ditemani perawat
3.    pakaian dalam àutk pemeriksaan genital
4.    Posisi litotomi, di tempat tidur ginekologik
5.    Meliputi inspeksi dan palpasi

Pemeriksaan genitalia eksterna
o  Inguinal & sekitarnya à limfadenopati/limfadenitis
o  Genitalia eksterna & introitus à duh tubuh vagina, bila ada bersihkan  dgn kasa; buka & periksa labia mayora à tanda kemerahan, bengkak, lecet, luka, tumbuhan, vesikel, kutil; palpasi kel. Bartolini à muara duktusnya, adakah duh tubuh
o  Kelainan lainnya

Pemeriksaan genitalia interna
1.    Pasien berstatus ”nyonya” dilakukan pemeriksaan inspekulo
2.    Pasien dgn status ”nona” tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo
            (Belum pernah melakukan hubungan seksual)
3.    Sebelum pemeriksaan, dijelaskan kpd pasien : à membuka lutut lebar2 spy otot2 genitalia lemas  à menarik nafas panjang utk mengurangi rasa tdk nyaman pd saat spekulumdimasukkan
4.    Spekulum harus sudah disterilkan
5.    Setelah jelaskan kepd pasien, masukkan spekulum; vagina dan serviks diperiksa terhadap kemungkinan adanya :
1.    Tanda peradangan (merah dan bengkak) pd selaput lendir vagina atau serviks


2.    Cairan vagina yg abnormal (duh tubuh vagina), dpt berupa :
a.        Cairan putih kental spt kepala susu pecah (dugaan kandidiasis)
b.        Cairan homogen putih / keabu-abuan berbau amis, yg menutupi dinding vagina (dugaan vaginosis bakterial)
c.        Cairan abu-abu / hijau berbusa dan bau busuk dgn gambaran serviks spt strawberry (dugaan trikomoniasis)
d.        Ulkus
e.        Kutil
f.         Serviks yg rapuh, mudah berdarah, jaringan mudah lepas; apakah ada cairan yg keluar dari ostium uteri serviks
g.        Kelainan lainnya

Pemeriksaan ulkus genital pada pasien pria dan wanita
o  Perhatikan ukuran, bentuk, jumlah, dan posisi ulkus pd /sekitar genital
o  Nyeri +/- (Nyeri spontan/ tekan)
o  Raba dasar ulkus utk mencari indurasi

3. Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium
A.   Pengambilan bahan duh tubuh uretra pasien pria :
      Bersihkan meatus dgn kasa bersih dan kering
      Duh tubuh uretra diambil dgn sengkelit (sengkelit masuk ke dlm uretra sampai melewati fosa navikulare),utk keperluan :
n  Pembuatan sediaan apus (pengecatan Gram) à dioles pd gelas objek
n  Pemeriksaan kultur gonokokus à diletakkan pd media kultur
n  Dengan swab khusus utk pemeriksaan Chlamydia
      Bila duh << à urut uretra

B. Pengambilan bahan duh tubuh genital pasien wanita :
          Dgn spekulum di dlm vagina (pasien nyonya), dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan dgn sengkelit untuk pembuatan sediaan apus dari :
o    Serviks  (pewarnaan Gram, kultur, dgn lidi kapas khusus utk pemeriksaan C. Trachomatis)
o    Forniks posterior (sediaan basah à campur dgn setts larutan NaCl fisiologis di atas gelas objek)
o    Dinding vagina ( dpt juga dgn lidi kapas steril)
o     Uretra
o     Duh tubuh dicampur dgn setetes larutan KOH 10% à  deteksi bau amis spt ikan à vaginosis bakterial (sniff test)

Pasien dgn status nona tdk dilakukan pemeriksaan inspekulo, sehingga bahan diambil dgn sengkelit dari vagina dan uretra


Pemeriksaan untuk ulkus genital
Selalu gunakan sarung tangan pelindung !
Ulkus krn sifilis :
©        Ulkus dibersihkan dgn  kain kasa yg dibasahi  lar. Salin
©        Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk, sampai keluar cairan serum
©        Serum diambil dgn ujung kaca tutup, tutup di atas gelas objek yg telah ditetesi 1 tts lar. salin fisiologis
©        Periksa dgn mikroskop lapangan gelap

Ulkus mole :
©        Ulkus dibersihkan dgn kain kasa yg  dibasahi lar.salin fisiologis
©        Eksudat serum diambil dgn ujung gelas objek, oles dlm satu arah pd gelas objek yg lain
©        Warnai dgn pewarnaan Gram atau Unna Pappanheim
       Bila hsl negatif à ulangi kedua pemeriksaan 3 hari berturut-turut


PEMERIKSAAN LABORATORIUM IMS
o  Pemeriksaan sederhana :
1.    Sediaan apus dgn pewarnaan Gram (utk leukosit, mikroorganisme,  ragi, clue cell)
2.    Sediaan basah dgn larutan NaCl fisiologis (utk Trichomonas vaginalis )
3.    Duh tubuh ditetesi lar. KOH 10% (utk vaginosis bakterial à sniff test)




o  Pemeriksaan lain :
1.    Tes serologik, mis. RPR, VDRL, TPHA (utk Treponema pallidum)
2.    Pemeriksaan dgn mikroskop lapangan gelap (utk T. Pallidum)
3.    Kultur
4.    Enzyme immunoassay (EIA)
5.    Hibridisasi DNA
6.    Ligase chain reaction (LCR)


Pendekatan Sindrom (Syndrome Approaching)
o  Bagi yang tidak memiliki fasilitas & pengalaman, dapat memanfaatkan pendekatan sindrom dengan memperhatikan alur-alur dan selanjutnya dikonsulkan
o  Pendekatan ini relatif bagus, tetapi untuk IMS seyogyanya memiliki kemampuan diagnostik/ laboratorium yang baik

Comments

Popular posts from this blog

KERJAKANLAH KESELAMATANMU (Filipi 2 : 12 – 18)

Mau diajak percaya kepada Tuhan Yesus pasti banyak yang mau. Karena dengan percaya Yesus kita bisa menerima anugerah hidup kekal. Tapi ketika kita sudah percaya sama Tuhan Yesus, apa yang harus kita lakukan? Dalam renungan kali ini Rasul Paulus mengajak kita semua untuk senantiasa taat. Percaya tanpa taat adalah suatu hal yang sia – sia . Dalam ketaatan itu kita bisa mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Itulah yang harus kita lakukan sebagai respon atas anugerah keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita semua. Mengerjakan karya keselamatan dari Allah dengan tidak bersungut – sungut agar bisa menjadi terang dalam dunia yang penuh dengan kegelapan adalah tugas kita sebagai orang percaya. Tidak gampang memang melakukan semua itu. Tapi ingat bahwa Tuhan yang bekerja dalam kita. Kita hanyalah alat Tuhan dalam melakukan pekerjaanNya . Minta kekuatan pada Tuhan agar kita mampu melakukannya sehingga kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tapi kekuatan Tuha

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid