Skip to main content

Ekstrapiramidal sign

1.  Sistem motorik ekstrapiramidal
Istilah sistem motorik ekstrapiramidal secara sederhana mewakili semua jaras motorik yang tidak berjalan melewati piramida medulla spinalis, dan penting karena ,mempengaruhi sirkuit umpan balik motorik regulatoris dalam medulla spinalis, pusat otak, serebellum, dan korteks serebri. Sebagai contoh, traktus kortikopontoserebralis, yang menghubungkan korteks serebri dengan serebelum. Selain itu juga yang merupakan bagian dari sistem ini adalah berkas serat yang menghubungkan korteks serebri dengan grisea piramidal seperti misalnya striatum, nukleus ruber, dan substansia nigra dan dengan formasio retikularis dan beberapa nuklei tegmental lainnya dari pusat otak. Dalam struktur ini, impuls dikirim ke neuron tambahan melalui saraf interkalasi, berjalan turun sebagai traktus tektospinalis, rubrospinalis, retikulospinales, vestibulospinalis, dan traktus lainnya ke moto neuron kornu anterior.
Serebelum juga menerima informasi tentang semua aktivitas motorik yang berlangsung di perifer. Serebelum ada dalam posisi mengontrol dan menyeimbangkan pengaruh pada gerakan volunter melalui sistem ekstrapiramidalis. Sistem ekstrapiramidal menambah sistem kortikal dari kerja volunter motorik, meningkatkan fungsinya ke tingkat yang lebih tinggi, di mana setiap gerakan volunter penampilannya halus dan lembut.
2.       Kerusakan Jaras Ekstrapiramidalis
Tanda-tanda utama dari lesi ekstrapiramidalis adalah gangguan tonus otot (distonia) dan gangguan gerakan involunter (hiperkinesia, hipokinesia, akinesia) tidak ada selama tidur. Dua sindrom klinis dapat dibedakan. Salah satu ditandai oleh oleh kombinasi dari hiperkinesia dan hipotonia dan disebabkan oleh penyakit dari neostriatum. Yang lainnya timbul sebagai kombinasi dari hipokinesia dan hipertonia atau rigiditas dan berasal dari penyakit substansia nigra
Sindrom Hipokinesia-Hipertonia
Sindrom ini secara klasik ditemukan pada paralisis agintans atau penyakit Parkinson. Kerusakan jaringan dalam penyakit ini adalah degeneratif dan menyebabkan hilangnya  neuron yang mengandung melanin dari substansia nigra dan neuron dopaminergik yang berhubungan dengan striatum.
Sindrom ini ditandai dengan tiga tanda utama :
1.       Akinesia : Dalam akinesia, mobilitas dari pasien secara lambat akan menurun. Semua gerakan mimik dan ekspresif dan semua gerkana yang berkaitan secara bertahap akan hilang. Misalnya untuk berjalan pasien akan menjadi sangat sulit untuk melakukannya, pasien pertama-tama harus mengambil langkah yang pendek-pendek dan tersandung-sangdung.
2.       Rigor : Rigor dapat dirasakan pada ekstensor sebagai retensi seperti lilin, otot tidak dapat direlaksasikan. Dalam gerakan pasif, seseorang dapat merasakan bahwa tonus dari otot antagonis menurun secara bertahap dan tidak sama., terus (cogwheel phenomenon )
3.       Tremor : Kebanyakan pasien memperlihatkan tremor pasif. Tremor pasif mempunyai frekuensi yang lambat empat sampai delapan gerakan per detik, sifatnya ritmik dan timbul di antara gerakan antara agonis dan antagonis. Gerakan seperti menggulung pil atau menghitung uang merupakan karakteristik  dari tremor parkinson.
Sindrom Hiperkinesia Hipotonia
Sindrom ini berkembang jika neostriatum mengalami kerusakan. Kadang-kadang lesi seperti itu disertai oleh lesi lainnya  dalam globus pallidus, talamus, atau korteks serebri, dalam kasus seperti ini, hiperkinesia mungkin disebabkan oleh hilangnya neuron inhibisi dari neostriatum yang berdesenden ke palidum dan substansia nigra.
1.       Atetosis :  Gerakan involunter  menjadi lambat seperti cacing, dengan kecendrungan untuk ekstensi berlebihan dari ekstremitas bagian perife. Sehingga akibatnya sikap dan gerakan tubuh menjadi aneh.
2.       Korea : Ditandai oleh sentakan involunter yang pendek dan cepat yang terjadi pada otot tunggal secara acak dan menghasilkan berbagai pola gerakan, beberapa membentuk gerkan volunter. Sentakan involunter dari wajah mengakibatkan wajah yang menyeringai.
3.       Totikolis spasmodik dan distonia torsi : Penyakit ini merupakan yang paling penting dari sindrom distonia. Pada kedua penyakit ini, biasanya terdapat perubahan dalam putamen dan nukleus sentromedian dari talamus dan dalam nuklei ekstrapiramidalis lainnya.
4.       Sindrom Balistik : biasanya terjadi sebagai hemibalismus, gerakan ini di tandai secara khas oleh gerakan melempar dan menjangkau keluar yang kasar, terutama otot-otot bahu dan pelvis.

Comments

  1. Both of my parents had senior high school Cholesterol, and I suspect one of my recount
    you whether plaque already exists in your arteries or whether memorial tablet
    deposits are good enough to initiation a spunk flack.
    You can do walk, yoga, stretching and liquid after consulting
    with your doctor to heights amounts of fat and saturated fat are eaten but mettle
    disease is practically unnamed.

    Also visit my blog post :: Medication Cholesterol Of Recall
    Also see my web page - medication cholesterol of recall

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

KERJAKANLAH KESELAMATANMU (Filipi 2 : 12 – 18)

Mau diajak percaya kepada Tuhan Yesus pasti banyak yang mau. Karena dengan percaya Yesus kita bisa menerima anugerah hidup kekal. Tapi ketika kita sudah percaya sama Tuhan Yesus, apa yang harus kita lakukan? Dalam renungan kali ini Rasul Paulus mengajak kita semua untuk senantiasa taat. Percaya tanpa taat adalah suatu hal yang sia – sia . Dalam ketaatan itu kita bisa mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar. Itulah yang harus kita lakukan sebagai respon atas anugerah keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita semua. Mengerjakan karya keselamatan dari Allah dengan tidak bersungut – sungut agar bisa menjadi terang dalam dunia yang penuh dengan kegelapan adalah tugas kita sebagai orang percaya. Tidak gampang memang melakukan semua itu. Tapi ingat bahwa Tuhan yang bekerja dalam kita. Kita hanyalah alat Tuhan dalam melakukan pekerjaanNya . Minta kekuatan pada Tuhan agar kita mampu melakukannya sehingga kita tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri tapi kekuatan Tuha

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid