Skip to main content

Pengaruh Manusia Terhadap Perubahan Lingkungan


BAB I
PENDAHULUAN


Aktifitas-aktifitas manusia telah mengubah lingkungan global, dan perubahan- perubahan lingkungan global ini memiliki bentuk yang bermacam-macam. Wajah -wajah perubahan global yang tidak terhitung banyaknya sebagai aktifitas manusia adalah efek rumah kaca serta dampaknya terhadap pertanian serta kenaikan permukaan air laut didaerah pantai, pengurangan ozon di stratosfir, penebangan hutan didaerah tropis dan dampaknya terhadap species-species yang hidup disana, serta endapan asam yang semuanya itu dapat meningkatkan iklim global.

Kendaraan bermotor, merupakan salah satu simbol kebudayaan modern yang paling cepat menyebar, digunakan sebagai sebuah arti yang berlainan ( metafora ) untuk menunjukkan cara manusia mengubah lingkungan global. Kendaraan bermotor menghasilkan karbondioksida yang menambah jumlah gas-gas rumah kaca di atmosfir, nitrogenoksida yang bereaksi diatmosfir dan turunnya hujan yang mengandung endapan asam, serta gas-gas dan partikel lainnya yang menyebabkan kabut dan pencemaran air secara lokal didaerah urban.

Sekarang, kurang lebih ada 500 juta kendaraan yang terdaftar diseluruh dunia, setiap kendaraan membakar bahan bakar sebanyak hampir 2 galon setiap hari. Kendaraan mengkonsumsi sepertiga dari produksi minyak dunia. Sebagai mana populasi berkembang, jumlah kendaraan bermotor pun berkembang pula. Lagipula, angka rata-rata jumlah kendaraan bermotor perorang meningkat, dan jumlah kendaraan bermotor bertambah lebih cepat dari pertambahan populasi, terutama dinegara- negara berkembang.

Diperkirakan bahwa jika kecenderungan ini terus berlangsung, pada tahun 2025 akan ada empat kali lipat kendaraan bermotor dari yang ada sekarang ini.

Paul Ehrlich, seorang dosen ahli biologi populasi di Stanford University, dan John P. Holdren, seorang ahli energi dan sumber alam di Barkeley, menunjukkan pada awal tahun 1970-an bahwa tindakan manusia yang mempengaruhi perubahan lingkungan merupakan hasil dari tiga faktor : jumlah manusia seluruh, bagaimana konsumsi setiap orang untuk mempertahankan standar hidupnya, dan seberapa banyak kerusakan lingkungan karena proses produksi barang-barang yang dikonsumsi. Saat ini, kerusakan lingkungan yang disebabkan kendaraan bermotor bergantung bukan hanya pada jumlah keseluruhan manusia yang memilikinya dan meningkat nya tingkat kepemilikkan kendaraan bermotor perorang tetapi juga berapa banyak pencemaran yang disebabkan oleh setiap kendaraan. Ketika kemajuan teknologi diawal tahun 1900-an memungkinkan kendaraan bermotor untuk menggantikan kuda sebagai alat-transportasi, teknologi juga mengurangi penyebab populasi yang muncul dari tiap kendaraan. Di Amerika Serikat, contohnya muncul nitrogen oksida dari kendaraan bermotor dikurangi dengan menggunakan katalik konvertor ditiap kendaraan yang baru.

 
 BAB II
PEMBAHASAN


1.             Bagaimana Manusia Mengubah Lingkungan

Diskusi mengenai faktor manusia sebagai penyebab perubahan lingkungan global tidak akan lengkap tanpa menyinggung jumlah manusia yang bermukim dibumi. Antara tahun 1950 dan 1987, populasi global telah menjadi dua kali lipat jumlahnya , dari 2,5 millar menjadi 5 milliar. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah manusia akan mencapai 8,5 milliar. 95% dari pertumbuhan populasi akan lahir di negara-negara berkembang.

Tetapi pertambahan manusia yang memanfaatkan Iingkungan tidak semata-mata bergantung pada jumlahnya. Mereka juga menggambarkan bagaimana bentuk kehidupan manusia dan masyarakat yang menggunakan sumber-sumber alam. Masyarakat menggunakan udara, air dan tanah sebagai penyimpanan limbah produksi dari industri yang menghasilkan barang -barang yang dikonsumsi mereka.

Mereka menggunakan bahan bakar untuk mobil, pemanas rumah dan sumber tenaga bagi industri. Mereka merubah bahan-bahan baku seperti kayu dan metal menjadi benda-benda konsumsi. Jika sumber-sumber alam ini digunakan dengan cara-cara yang menghasilkan polutan yang berlebih-lebihan, pembabatan atau pembakaran hutan, makin banyak masyarakat menggunakannya untuk memuaskan standar hidup mereka, semakin besar pula kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

Karbondioksida adalah gas rumah kaca utama sebagai akibat pembakaran minyak bumi yang digunakan untuk energi yang dihasilkan secara tidak proporsional sebagai hasil dari penggunaan energi dinegara- negara industri. Sekitar 40% dari karbondioksida yang terbentuk di atmosfir dihasilkan oleh tujuh negara kaya di Amerika Utara dan Eropa Barat. Ketujuh negara kaya ini hanya memiliki 11% dari keseluruhan populasi dunia.

Jumlah manusia dan tingkat kekayaannya secara jelas telah mempengaruh keadaan lingkungan, jenis teknologi yang digunakan menentukan banyaknya polusi yang dihasilkan atau jenis dan berapa banyak bahan baku yang digunakan.

Kelanjutan perkembangan industri secara serius telah berdampak bagi lingkungan global di masa depan, terutama jika negara- negara yang sedang berkembang mengadopsi teknologi terdahulu yang menghasilkan lebih banyak polusi dan mengkonsumsi lebih banyak energi dari pada lebih banyak teknologi modern. Jelasnya pertumbuhan ekonomi dibutuhkan untuk menghilangkan lingkaran kemiskinan dan tingginya angka kelahiran yang dengan sendirinya menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap tanah, air, hutan-hutan dan kehidupan satwa di banyak negara yang sedang berkembang.


2.             Perubahan Wajah Bumi

Manusia tidak memperlakukan bumi secara halus. Kenyataannya, akibat aktifitas manusia secara demikian hebatnya sehingga hanya dalam beberapa abad permukaan bumi telah berubah di banyak tempat, sehingga bentuk aslinya sangat sukar dibayangkan, apalagi untuk diperbaiki. Perubahan-perubahan ini akibat dari bertambahnya jumlah manusia, peningkatan kesejahteraan dan teknologi.

Hal ini di dilihat dari banyaknya hutan yang rusak akibat penebangan dan juga adanya kebakaran hutan yang akhir-akhir ini sudah tidak terkendali.

Dapat dibenarkan bahwa negara-negara berkembang dan negara-negara industri adalah sumber utama dari bahan pencemaran atmosfir serta perubahan cuaca dan iklim. Negara-negara berkembang umumnya berpenduduk padat, sedang melaksanakan pembangunan yang selanjutnya menggunakan energi yang semakin meningkat. Suatu hal yang pasti dinegara-negara tersebut adalah pembukaan hutan, penambah luas pertanian, pemukiman, jalan, kawasan industri dan lain sebagainya.

Yang lebih penting lagi adalah letak negara negara berkembang tersebut di wilayah tropik yang rnempunyai jenis hutan tertentu yang sangat penting dalam penataan keseimbangan lingkungan global. Menurut beberapa ahli, bahwa ada dua jenis perubahan yang paling mempengaruhi Iingkungan global : perubahan cara manusia memanfaatkan tanah, terutama untuk pertanian dan perubahan kemampuan industri. Hal ini terlihat dari perubahan vegetasi yang menutupi muka bumi.

Selama tiga abad yang lalu, dengan meningkatnya penggunaan tanah untuk pertanian serta dengan meningkatnya ekonomi global, manusia cenderung untuk meningkatkan kegunaan tanah untuk memenuhi kebutuhannya. Kerugian pembabatan hutan karena ulah manusia sejak penebangan pohon oleh manusia 15 sampai 20 persen dari keseluruhan daerah hutan di dunia atau sekitar 8 juta km persegi.

Beberapa perubahan secara drastis telah mengubah permukaan bumi, seperti juga mengubah keseimbangan energi, perputar an hidrolis, pembentukan gas-gas ke atmosfir serta vegetasi.

Perkembangan industri juga memiliki akibat yang besar pada skala global, melalui polutan-polutan dan material-material lainnya yang dilepaskan ke biosfer, atmosfir dan samudra. Perkembangan industri selain telah mempengaruhi kesejahteraan manusia secara luas, tetapi juga telah menimbulkan efek sampingan yang tidak diharapkan.

Klorofluorokarbon (CFC) telah ditemukan sekitar 1930 dan disambut sebagai altematif yang lebih aman dari amoniak atau zat-zat pendingin lainnya.

Tidak seorang pun yang dapat memperkirakan reaksi tidak langsung dari bahan-bahan yang kelihatan aman, stabil dan jauh lebih murah ini terhadap lingkungan global, jika CFC naik ke atmosfir yang lebih tinggi atau stratosfir, mereka melepaskan klor bebas yang kemudian mempercepat penguraian ozon, lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet.

Energi sangatlah penting bagi perkembangan industri. Gas alam, yang sekarang ini menghasilkan sekitar seperlima energi komersial dunia, menimbulkan lebih sedikit polutan dan lebih sedikit karbon dioksida dari pada bahan bakar minyak bumi lainnya.

Sekarang, bahan bakar minyak bumi ( bensin, gas alam dan batubara ) mensuplai 88% dari energi komersial dunia, sedang energi nuklir menyediakan sisanya.

Dibanyak negara miskin, bahan bakar non komersial seperti kayu, kotoran hewan dan sisa-sisa panen masih menghasilkan banyak energi untuk memasak dan pemanas. Jelasnya, masa depan lingkungan global bergantung dari besarnya tingkat sumber- sumber energi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang serta besarnya energi yang digunakan.


3.             Bagaimana GEC Mempengaruhi Kesehatan Manusia?

Ada tiga alur tingkatan pengaruh GEC terhadap kesehatan (perhatikan ilustrasi gambar). Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat contoh bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.

Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial. Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari GEC atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.


4.             Aktifitas Ilmiah Lingkungan untuk Kesehatan

Sebagaimana disinggung di atas, masyarakat manusia sangat bervariasi dalam tingkat kerentanan terhadap serangan kesehatan. Kerentanan ini merupakan fungsi dari kemampuan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim dan lingkungan. Kerentanan juga bergantung pada beberapa faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, ketersediaan makanan, kondisi lingkungan lokal, kondisi kesehatannya itu sendiri, dan kualitas serta ketersediaan fasilitas kesehatan publik.

Wabah demam berdarah yang melanda negeri kita menyiratkan betapa rentannya kondisi kesehatan-lingkungan di Indonesia saat ini, baik dilihat dari sisi antisipasi terhadap wabah, kesigapan peanggulangannya sampai pada penanganan para penderita yang kurang mampu. Merebaknya wabah di kawasan urban juga menyiratkan kerentanan kondisi lingkungan dan kerentanan sosial-ekonomi. Hal ini terkait dengan patron penggunaan lahan, kepadatan penduduk, urbanisasi, meningkatnya kemiskinan di kawasan urban, selain faktor lain seperti rendahnya pemberantasan nyamuk vektor penyakit sejak dini, atau resistensi nyamuk sampai kemungkinan munculnya strain atau jenis virus baru.

Pada dekade lalu penelitian ilmiah yang menghubungkan pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan dapat dirangkum dalam tiga katagori besar. Pertama, studi-studi empiris untuk mencari saling-hubungan antara kecenderungan dan variasi iklim dengan keadaan kesehatan. Kedua, studi-studi untuk mengumpulkan bukti-bukti munculnya masalah kesehatan sebagai akibat perubahan iklim. Ketiga, studi-studi pemodelan kondisi kesehatan di masa depan. Penelitian empiris jenis pertama dan kedua dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan pengetahuan serta memperkirakan kondisi kesehatan sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim dan lingkungan (scenario-based health risk assessment).

Akan tetapi, menimbang variasi kerentanan sosial-ekonomi yang telah kita singgung, keberhasilan sumbangan ilmiah di atas hanya akan optimal jika didukung paling tidak dua faktor lain, yaitu faktor administratif-legislatif dan faktor cultural-personal (kebiasaan hidup). Administrasi-legislasi adalah pembuatan aturan yang memaksa semua orang atau beberapa kalangan tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan preventif dan penanggulangan menghadapi masalah ini. Cakupan kerja faktor ini adalah dari mulai tingkatan supra-nasional, nasional sampai tingkat komunitas tertentu. Selanjutnya secara kultural-personal masyarakat didorong secara sadar dan sukarela untuk melakukan aksi-aksi yang mendukung kesehatan-lingkungan melalui advokasi, pendidikan atau insentif ekonomi. Faktor ini dikerjakan dari tingkatan supra-nasional sampai tingkat individu.


5.              Masa Depan.

Konsekuensi global akibat perkembangan industri yang dilaksanakan sekarang ini tidak hanya dapat diabaikan, contohnya pencemaran saluran air, rusaknya lapisan tanah dan hutan-hutan, lubang yang muncul setiap tahun di lapisan ozon menandakan penurunan yang disebabkan oleh manusia terhadap gas yang bersifat protektif ini.

Kebijaksanaan perlu segera diterapkan, bersamaan dengan penelitian-penelitian yang sedang berlangsung. Perubahan lingkungan dapat dikurangi dengan kebijaksanaan pengurangan penggunaan sumber energi dan bahan bakar fosil dan mengganti dengan bahan bakar nonfosil, atau dengan memperbaiki dayaguna penggunaan bahan bakar fosil. Kebijaksanaan lain adalah dengan pengurangan pembukaan hutan tropik dan penghutanan kembali diseluruh bagian dunia akan sangat membantu dalam menghambat dalam menghambat laju perubahan lingkungan.

Tantangan bagi negara-negara di dunia adalah dengan menekankan kemungkinan-kemungkinan dari sebuah era pertumbuhan era yang baru, pertumbuhan yang didasarkan atas bentuk dan proses-proses perkembangan yang tidak mengikis integritas lingkungan tempat kita bergantung.

Kedua, perlunya penghutanan kembali hutan-hutan yang rusak, mengembangkan energi yang dapt diperbaharui, kemudian mengoptimalkan penggunaan energi dan bahan-bahan, serta meminimalkan limbah yang dihasllkan.

Ketiga, tantangan-tantangan tersebut tidak hanya berhenti pada perdebatan ilmiah, tetapi perlu dimasukkan kedalam agenda kebijaksanaan pemerintah di masing-masing negara.

Keempat, analisis dampak lingkungan, terutama perubahan lingkungan perlu mendapat tekanan dalam penetuan kebijaksanaan


DAFTAR PUSTAKA

1.        Marten P., The Study of Environmental Change: Challenge to Population Health Research, IHDP 2003

2.        Matthies F., Few R., Kovats S., Social Science and Adaptation to Climate Change, IHDP 2003

3.        McMichael A.J., etal. (Eds), , Climate Change and Human Health, Risk and Responses, WHO 2003

4.        McMichael T., Global Environmental Change, Climate and Health, IHDP 2003

5.        Sherbinin A., The Population-Environment Network, IHDP 2003



Comments

Popular posts from this blog

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid