Skip to main content

Faringitis

Ini laporan kasus THT. waktu itu gw dikasih judul faringitis. ya gw bersyukur aja karena menurut gw, kasus gw ini relatif gampang dibandingkan temen2 gw yang laen.. hehehhe..

bagi temen2 yang punya tugas tentang faringitis ataupun yang suka tahu tentang faringitis, check this out :




PENDAHULUAN


Beberapa dari kita tentu pernah mengalami nyeri tenggorokan yang super hebat sehingga menelan sesuap nasi rasanya sangat susah. Nyeri tenggorokan atau faringitis memang merupakan penyakit yang sering diderita oleh pasien pada umumnya. Terkadang faringitis juga disertai dengan gejala flu yang lain seperti demam, sakit kepala, pilek dan batuk. Namun penyakit ini dapat dikenali dengan pemeriksaan tenggorokan pasien. Pada pemeriksaan ini ditemukan peradangan pada daerah faring dengan tanda berupa kemerahan serta ditemukannya pembesaran pada kelenjar limfe regional sekitarnya. Pada kasus yang berat bisa ditemukan nanah atau eksudat.
Permasalahan faringitis diperparah dengan keadaan pasien yang sulit menelan, bahkan tidak bisa makan. Keadaan ini tentu akan mengurangi asupan makanan yang bergizi ke tubuhnya yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses penyembuhan.
Namun, pada penderita faringitis yang disebabkan oleh virus akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Pasien hanya diberikan obat simptomatis untuk mengurangi penderitaannya karena kesakitan menelan dan gejala flu lainnya. Sebaliknya bila faringitis disebabkan oleh bakteri, baru diperlukan antibiotika yang adekuat untuk membunuh bakteri jahat tersebut.
Untuk lebih jelasnya kita akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi faring dan kemudian kita akan membahas tentang faringitis.


TINJAUAN PUSTAKA


ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).
Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lender (mucous blanket) dan otot.

MUKOSA
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis dan tidak bersilia.
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam system retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan tubuh terdepan.

PALUT LENDIR (MUCOUS BLANKET)
Daerah nasofaring dilalui oleh  udara pernapasan yang diisap melalui dinding hidung. Di bagian  atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lender ini berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.

OTOT
Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior, media dan inferior. Otot-otot ini terletak disebelah luar. Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang.disebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang bertemi pada jaringan ikat yang disebut “rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. letak otot-otot ini di sebelah dalam. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting pada waktu menelan. M.stilofaring dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatina, m.tensor veli palatina, m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula.
M.levator veli palatina membentuk sebagian besar palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan ismus daring dan memperlebar ostium tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n.X
M.tensor veli palatina membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.
M.azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

PENDARAHAN
Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama berasal dari cabang a.karotis eksterna (cabang faring asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a.maksila interna yakni cabang palatina superior.

PERSARAFAN
Persarafan motorik dan sensorik  daerah faring berasal dari pleksus faring yang sensitive. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari n.glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar dari cabang-cabang untuk otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi langsung oleh cabang n.glosofaring (n.IX).

KELENJAR GETAH BENING
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas :
1.Nasofaring (epifaring)
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring yang relative kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, tonus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna, bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.

2.Orofaring (mesofaring)
Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatin, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum.
Dinding posterior faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra tonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring, dan disebut kapsul yang sebenarnya bukan merupakan kapsul yang sebenarnya.
Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatine yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a.palatina minor, a.palatina asendens, cabang tinsil a.maksila eksterna, a.faring asendens dan a.lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual (lingual thyroid) atau kista duktus triglosus.

3.Hipofaring (laringofaring)
Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring batas inferior ialah esophagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut disitu.
Dibawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang berbentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglottis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglottis berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glottis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus.
Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anesthesia local di faring dan laring apda tindakan laringoskopi langsung.

RUANG FARINGAL
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring.
1.    Ruang retrofaring (retropharyngeal space)
Dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis. Serat-serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra. Disebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila. Abses retrofaring sering ditemukan pada bayi atau anak. Kejadiannya ialah karena di ruang retrofaring terdapat kelenjar-kelenjar limfa. Pada peradangan kelenjar limfa itu, dapat terjadi supurasi, yang bilamana pecah, nanahnya akan tertumpah di dalam ruang retrofaring. Kelenjar linfa di ruang retrofaring ini akan banyak menghilang pada pertumbuhan anak.

2.    Ruang parafaring (fosa faringomaksila = pharyngo-maxillary fosaa)
Ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu majus os hyoid. Tulang ini dibatasi di bagian dalam oleh m.konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus assenden mandibula yang melekat dengan m.pterygoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis.
Fosa ini dibagi menjadi 2 bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid  dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akiabt tonsil yang meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari caries dentis.
Bagian yang lebih sempit dibagian posterior (poststiloid) berisi a.carotis interna, v.jugularis interna, n.vagus, yang dibungkus dalam satu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh suatu lapisan fasia yang tipis.

FUNGSI FARING
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk artikulasi.

Fungsi menelan
Terdapat 3 fase dalam proses menelan, yaitu fase oral, fase faringal, dan fase esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringal, yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui faring. Gerakan disini tidak sengaja (involuntary). Fase esofagal. Disini gerakannya tidak disengaja, yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltic di esophagus menuju lambung.

Fungsi faring dalam proses bicara
Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula m.salphingopharing dan m.palatopharing, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatine menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai  dinding posterior faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan m.palatopharing (bersama m.salphingopharing) dan oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.

FARINGITIS
Definisi
Faringitis adalah suatu penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.

Etiologi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononucleosis atau HIV.
Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumonia.
Ini disebabkan karena daya tahan tubuh yang lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman. Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak disertai dengan vitamin bisa menolong.

Klasifikasi
Menurut lamanya penyakit, faringitis dibagi 2 :
-Faringitis akut adalah radang tenggorokan yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk
-Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung lama. Biasanya tidak disertai nyeri menelan, hanya terasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorok.

Pembagian faringitis kronik menurut penyebab :
1.Faringitis kronik non spesifik
a.Radang kronik mukosa faring
b.Struktur jaringan limfoid
c.Berbagai istilah :
i.Nasofaringitis kronik
ii.Granular faringitis kronik
iii.Lateral faringitis kronik

3 bentuk klinis faringitis kronik non spesifik :
a.Faringitis kronik catarrhalis
Kongesti dan dilatasi pembuluh darah mukosa, arcus posterior (piller) menebal. Secret mukosa meningkat sehingga menutupi permukaan mukosa faring.

b.Faringitis kronik hipertrofi
i.Mukosa faring menebal (hipertrofi)
ii.Hipertrofi mengenai seluruh mukosa atauhanya terbatas pada lateral band
iii.Sekresi mucus banyk kemudian berkurang disebabkan adanya pbstruksi pada kelenjar oleh karena hipertrofi kelenjar limfe
iv.Hiperemi / edema mukosa, palatum, dan uvula
v.Hipertrofi granuler yang tampak seperti benjolan di permukaan mukosa.

c.Faringitis kronik atrofi
Sering timbul bersamaan dengan rhinitis atroficans/sicca bahkan akibat perluasan dari hidung. Ini disebut juga faringitis sicca.

Terapi :
i.Hilangkan faktor penyebab/eliminasi (obstruksi nasi/iritasi/infeksi/dll)
ii.Local : rangsang sekresi kelenjar (pada faringitis atrofi) dengan larutan mandel (Iodine, gliserin)
iii.Mengencerkan mucus kental/krusta : hirup up air hngat 2-3x/hi, obat kumur/gargle 15-30 menit

2.Faringitis kronik spesifik
a.Faringitis kronik TBC
Dikenal 3 bentuk klinik :
1.Acute military TBC
a.Bentuk klinis disebabkan oleh penyebaran kuman TBC melalui sirkulasi darah
b.Pembentukan tuberculum diikui ulserasi mudah berdarah, mucus menutupi daerah ulserasi
c.Nyeri ringan – awal
d.Nyeri hebat + disfagia sampai ulserasi
2.Chronic Ulcerating TBC
a.Berhubungan erat dengan TBC paru yang lanjut (advanced)
b.Pembentukan ulkus di faring + lidah
c.Nyeri hebat + disfagia bias disebabkan adanya ulserasi
3.Lupus vugaris
a.Merupakan manifestasi  TB di kulit bisa juga pada URT (septum nasi, konka hidung, palatum). Perlangsungan lambat.
b.Rasa panas + nyeri ringan pada stadium awal ; perubahan suara akibat adanya fiksasi palatum. Disfagia + regurgitasi pada stadium lanjut.
c.Lesi noduler
d.Mukosa faring kaku/indurasi
e.Penyembuhan terbentuk sikatriks menyebabkan penyempitan palatum
f.Lesi faring bias merupakan satu-satunya manifestasi jenis ini.
Terapi : anti TBC drugs (Rifampisin, isoniazid, etambutol, streptomisin)

Faktor etiologi :
1.Primer : infeksi primer jaringan faring   jarring
2.Sekunder : infeksi berasal dari :
a.Bagian dari upper respiratory tract
b.Organ lain (gigi, tonsil, traktus digestive, paru-paru, dll)
Infeksi hidung : rhinitis kronis, sinusitis kronis
i.Obstruksi hidung : polip nasi, septum deviasi/defleksi, hipertrofi koana, rhinitis alergi, tumor, atresi (normal congenital jarang).
ii.Obstruksi nasofaring : adenoid hipertrofi, koana polip, tumor nasofaring (carcinoma)
iii.Rongga mulut : tonsillitis kronis, infeksi gigi (dental sepsis)
iv.Paru-paru : bronchitis kronis, bronkiektasis
v.Environmental : air pollution (indsutri, mobil), asap rokok.s

Patologi :

oHiperemi mukosa diikuti leukositosis local
oDeposit sel-sel jaringan ikat menyebabkan terjadinya penebalan epitel
oDilatasi dan infiltrasi perivaskuler limf + tunika propria pembuluh darah
oHyperplasia mukosa

Gejala klinik :

oRasa tidak enak di  tenggorokan
oMerasa ada sesuatu / benda asing
oTenggorokan terasa kering (biasanya pada faringitis kronik atrofi)
oGatal akibat batuk yang spasmodic
oKadang-kadang disertai suara parau
oSulit menelan tidak ada.

b.Faringitis difteri
Infeksi akut mukosa faring yang spesifik oleh karena kuman difteri. Biasanya juga mengenai tonsil sehingga menjadi difteri faring dan tonsil. Juga dapat terjadi pada hidung dan laring.

Etiologi
1.Corynebacterium diphtheria (gram positif)
2.Dapat menyebar cepat di tempat : penduduk yang terlalu padat dan pelayanan kesehatan yang kurang

Gambaran klinik :   
1.Malaise, panas badan subfebril, sakit kepala
2.Local : membrane/beslag keabu-abuan pada : tonsil, faring dan uvula.
3.Serviko limfadenopati : regio jugulo digastrik
4.Membran dapat menyebar ke faring hingga menyebabkan obstruksi laring
5.Berat ringannya bervariasi : mulai carrier yang asimptomatik sampai dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang pendek. Tergantung imunitas pasien dan virulensi kuman.
6.Lokasi primer di samping faring / tonsil dapat terjadi di laring atau hidung.

Menurut penyebabnya, faringitis dibagi 2 :
Faringitis virus   
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Tes apus tenggorok memberikan hasil negative
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri

Faringitis bakteri
Sering ditemukan nanah ditenggorokan
Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang
Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat
Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah :
-Demam
-Pembesaran kelenjar getah bening di leher
-Peningkatan jumlah sel darah putih
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Gejala-gejala yang lain sesuai dengan penyebabnya (seperti yang telah dijelaskan diatas).

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika diduga suatu strep throat, bisa dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan.

Pengobatan

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia di bawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotic. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penisilin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penisilin bisa diganti dengan eritromicin atau antibiotic lainnya.
Pengobatan lainnya disesuaikan dengan penyebab faringitis.

Comments

Popular posts from this blog

Dilatasi dan Kuretase

Indikasi             Prosedur dilatasi dan kuretase biasanya dilakukan atas indikasi : diagnosis dan terapi perdarahan uterus abnormal, abortus, kanker pada uterus. Teknik Dilatasi Serviks Dilatasi serviks dapat dilakukan dalam anestesi umum, spinal, epidural atau paraservikal, tergantung dari indikasi tindakan. Dilatasi biasanya dilakukan sebelum kuretase tapi juga bisa sebagai tindakan terapeutik pada stenosis servikalis. ·          Pasien dalam posisi litotomi, perineum, vagina dilakukan a dan antisepsis. Pasien dianjurkan untuk berkemih sebelum tindakan, kateterisasi dilakukan bila dicurigai masih terdapat residu urin yang signifikan. ·          Pemeriksaan dalam perlu dilakukan sebelum melakukan dilatasi serviks, menentukan ukuran dan posisi seviks, uterus dan adneksa.   ·          Dipasang spekulum atas dan bawah, serviks ditampakkan. Bibir anterior serviks dijepit dengan tenakulum. ·          Dilakukan inspeksi dengan teliti terhadap serviks dan vagina ·          Terdapat d

Uji Maddox - ROD

Tujuan Tes digunakan untuk mengukur heteroforia atau tropia kecil Dasar Kedua mata melihat dengan fovea Disosiasi terjadi bila dipakai Maddox rod pada mata Alat Kamar yang gelap Filter Maddox rod(terdiri sejumlah silinder plano konveks paralel dengan jarak fokus pendek). Teknik Jarak pemeriksaan dapat jauh ataupun dekat. Kedua mata diberi kacamata koreksi. Maddox rod dipasang pada satu mata (dipakai Maddox merah) biasanya mata kanan. Dengan kedua mata terbuka pasien diminta berfiksasi pada lampu. Pasien diminta menerangkan letak garis (dilihat melalui Maddox rod) bandingkan dengan letak lampu. Bila garis Maddox rod dipasang vertikal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis horizontal. Bila garis Maddox rod dipasang horizontal maka garis cahaya melalui Maddox rod berupa garis vertikal. Bila dipasang untuk menyatukannya maka dapat ditentukan berat foria atau tropia. Nilai Bila sinar vertikal M

Morbus Hansen - Kusta

PENDAHULUAN Kusta merupakan salah satu penyakit yang sudah ada sejak dulu. Kata kusta berasal dari bahasa India kusta, dikenal sejak 1400 tahun SM. Kata lepra disebjut dalam kitab Injil, terjemahan dari bahasa Hebrew zaraath, yang sebenarnhya mencakup beberapa penyakit lainnya. Ternyata bahwa pelbagai deskripsi mengenai penyakit ini sangat kabur apabila dibandingkan dengan kusta yang dikenal saat ini. Kusta merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. Bakteri ini bersifat intraseluler obligat, dengan saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke orga lain kecuali susunan saraf pusat. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan sangat ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan deformitas. Oleh sebab itu penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga dikucilkan masyarakat disekitarnya akibat cacat pada wajah dan anggota tubuh. Insid